Powered By Blogger

Sabtu, 10 November 2012

ca colon



BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tumor  usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar atau rektum relative umum. Pada kenyataannya, kanker kolon  dan rektum   sekarang   adalah   tipe   paling umum   kedua   dri   kanker internal   di   Amerika   serikat.   Ini   adalah   penyakit   budaya   barat. Diperkirakan   bahwa   150.000   kasus   baru   kanker   kolorektal   di diagnosis  di  negara  ini  setiap  tahunnya.   Kanker   kolon  menyerang individu dua kali lebih besar dibanding kan kanker rektal.
Insidensnya   meningkat   sesuai   dengan   usia   (kebanyakan pada   pasien   yang   berusia   lebih   dari   55   tahun)   dan   makin   tinggi pada   individu   dengan   riwayat   keluarga   mengalami   kanker   kolon, penyakit   usus   inflamasi   kronis   atau   polip.   Perubahan   pada persentase   distribusi   telah   terjadi   pada   tahun   terakhir.   Insidens kanker   pada   sigmoid   dan   area  rektal  telah   menurun,   sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.
Lebih  dari  156.000  orang  terdiagnosa setiap  tahunnya,  kira- kira   setengah   dari   jumlah   tersebut   meninggal   setiap   tahunnya, meskipun   sekitar   tiga   dari   empat   pasien   dapat   diselamatkan dengan   diagnosis   dini   dan   tindakan   segera.   Angka  kelangsungan hidup   di   bawah   lima   tahun   adalah   40%   sampai   50%,   terutama karena   terlambat   dalam   diagnosis   dan   adanya   metastase. Kebanyakan   orang   asimtomatis   dalam   jangka   waktu   lama   dan mencari   bantuan   kesehatan   hanya   bila   mereka   menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.
Penyebab  nyata  dari  kanker  kolon  dan rektal tidak  diketahui, tetapi   faktor   resiko   telah   teridentifikasi,   termasuk   riwayat penyakit atau riwayat   kanker   kolon   atau  polip  dalam   keluarga,   riwayat  usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak,  rotein dan daging serta rendah serat.





B. RUMUSAN MASALAH
Apa dan  bagaimana  pengertian,  etiologi,  klasifikasi,  stadium, pathway,   patofisiologi,   pemeriksaan   diagnostik,   penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan pada klien dengan Ca KOlon.

C. TUJUAN
Mahasiswa   mampu   untuk   memahami   pengertian,   etiologi, klasifikasi,   stadium,   pathway,   patofisiologi,   pemeriksaan diagnostik,  penatalaksanaan,   dan  asuhan  keperawatan  pada  klien dengan Ca Kolon.

























BAB II
PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN
Tumor   adalah     suatu   benjolan   atau   struktur   yang menempati   area   tertentu   pada   tubuh,   dan   merupakan neoplasma  yang  dapat  bersifat  jinak  atau  ganas   (FKUI,  2008  : 268).
Kanker   adalah   sebuah  penyakit  yang   ditandai   dengan pembagian   sel  yang   tidak   teratur   dan   kemampuan   sel-sel   ini untuk   menyerang  jaringan  biologis   lainnya,   baik   dengan pertumbuhan   langsung   di   jaringan   yang   bersebelahan   (invasi) atau   dengan   migrasi   sel   ke   tempat   yang   jauh   (metastasis). Pertumbuhan   yang   tidak   teratur   ini   menyebabkan   kerusakan DNA,   menyebabkan  mutasi  di  gen  vital   yang   mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).
Kanker   kolon   adalah  suatu   bentuk   keganasan   dari  masa abnormal/neoplasma   yang   muncul   dari   jaringan   epithelial   dari colon (Brooker, 2001 : 72).
Kanker   kolon/usus   besar   adalah   tumbuhnya   sel   kanker yang ganas di dalam  permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 : 805).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel  yang bersifat ganas yang tumbuh   pada   kolon   dan   menginvasi   jaringan   sekitarnya (Tambayong, 2000 : 143).
Dari beberapa  pengertian  diatas  dapat  ditarik kesimpulan bahwa   kanker   kolon   adalah   suatu   pertumbuhan   tumor   yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).

B.      ANATOMI FISIOLOGI
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :
a)      Kolon asendens (kanan)
b)      Kolon transversum
c)       Kolon desendens (kiri)
d)      Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.  Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.
Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rectum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar  BAB), yang merupakan fungsi utama anus.


C.      ETIOLOGI
Terdapat  beberapa etiologi utama kanker yaitu:
1.       Diet :  kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran,   buah-buahan),   kebiasaan   makan   makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
2.       Kelainan kolon
a.       Adenoma   di   kolon   :   degenerasi   maligna   menjadi adenokarsinoma.
b.      Familial   poliposis   :   polip   di   usus   mengalami   degenerasi maligna menjadi karsinoma
c.       Kondisi ulserative : Penderita   colitis   ulserativa   menahun   mempunyai   risiko terkena karsinoma kolon.

3.        Genetik : Anak   yang   berasal   dari   orangtua  yang menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi  3 ½ kali lebih banyak daripada anak – anak   yang orangtuanya sehat (FKUI,  2001 : 207).
4.       Radiasi dan paparan zat kimia dan senyawa lain yang berpotensi menimbulkan reaksi karsinogenik.

D.      PATOFISIOLOGI
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus) dimulai sebagai polop jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup sertamerusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapatterlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Tumor yang berupa massa polipoid besar, tumbuh ke dalam lumen dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai cincin anular. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan polipoid atau lesi yang datar lebih sering terdapat pada sekum dan kolon asendens. Secara histologis, hampir semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma (terdiri atas epitel kelenjar ) dan dapat mensekresi mukus yang jumlahnya berbeda – beda. Tumor dapat menyebar:
a)      secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih
b)       melalui pembuluh limfe ke kelenjar perikolon dan Mesokolon
c)        melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke sistem portal. Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseksi dilakukan, dan jauh lebih jelek bila terjadi metastasis ke kelenjar limfe.


E.       KLASIFIKASI

Klasifikasi  kanker  kolon menurut  modifikasi  DUKES  adalah sebagai berikut (FKUI, 2001 : 209) :
a.       A  : kanker   hanya   terbatas   pada   mukosa   dan   belum   ada metastasis.
b.      B1 : kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
c.       B2 : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
d.      C1 : kanker   telah   mengadakan metastasis   ke   kelenjar   getah bening sebanyak satu sampai empat buah.
e.      C2 : kanker telah  mengadakan   metastasis   ke   kelenjar   getah bening lebih dari 5 buah.
f.        D  : kanker telah mengadakan metastasis  regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas & tidak dapat dioperasi lagi.


F.       MANIFESTASI KLINIS
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahu penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya datah merah segar dalam feses.

Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian serta feses berdarah.
a)      Colon Asendens : nyeri, adanya massa, perubahan peristaltik usus, anemia
b)      Colon Transversum : nyeri, obstruksi, perubahan pergerakan usus dan anemia.
c)       Colon Desendens : nyeri, perubahan pergerakan usus, terdapat darah merah terang pada feses,   obstruksi.
d)      Rectum : terdapat darah di dalam feses, perubahan peristaltik usus, ketidaknyamanan rectal.

G.STADIUM KLINIS
Stadium pada karsinoma kolon yang ditemukan dengan system TMN (Tambayong, 2000 : 143).
TIS          : Carcinoma in situ
T1           : Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler
T2           : Sudah mengenai otot dinding
T3           : Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar
T4           : Sama dengan T3 dengan fistula
N             : Limfonodus terkena
M            : Ada metastasis

H.        KOMPLIKASI
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

I.        PEMERIKSAAN PENUNJANG

a)      Endoskopi           : pemeriksaan   endoskopi   perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
b)      Radiologis           : Pemeriksan   radiologis yang   dapat   dilakukan   antara   lain adalah  foto  dada dan  foto  kolon (barium  enema).  Foto dada dilakukan   untuk   melihat   apakah   ada   metastasis   kanker   ke paru.
c)       Ultrasonografi (USG)     : Sulit   dilakukan   untuk   memeriksa   kanker   pada   kolon,   tetapi digunakan  untuk  melihat  ada  tidaknya metastasis  kanker  ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
d)      Histopatologi    : Biopsy   digunakan   untuk   menegakkan diagnosis.  Gambar histopatologis   karsinoma  kolon   adalah  adenokarsinoma  dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
e)      Laboratorium    : Pemeriksaan   Hb   penting   untuk   memeriksa   kemungkinan pasien mengalami perdarahan (FKUI, 2001 : 210

J. PENATALAKSANAAN MEDIS
Bila   sudah   pasti   karsinoma   kolon,   maka   kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut :
1. Pembedahan (Operasi)
Operasi   adalah   penangan   yang   paling   efektif   dan cepat untuk tumor yang diketahui   lebih   awal   dan   masih   belum metastatis,   tetapi   tidak   menjamin semua sel  kanker telah terbuang.  Oleh   sebab   itu   dokter   bedah biasanya   juga menghilangkan   sebagian  besar jaringan   sehat   yang mengelilingi sekitar kanker.

2. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi   radiasi   memakai   sinar   gelombang   partikel   berenergi tinggi misalnya sinar  X,  atau  sinar  gamma,  difokuskan untuk merusak   daerah   yang   ditumbuhi   tumor,   merusak   genetic, sehingga  membunuh   kanker.  Terapi   radiasi   merusak   sel-sel yang   pembelahan   dirinya   cepat,   antara  alin   sel  kanker,   sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan   sel   tubuh   menyebabkan   lemas,   perubahan   kulit dan kehilangan nafsu makan.
3. kemotherapy
Chemotherapy   memakai  obat  antikanker   yang   kuat,   dapat masuk   ke   dalam   sirkulasi   darah,   sehingga   sangat   bagus untuk   kanker   yang  telah   menyebar. Obat chemotherapy   ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya  lebih dari  satu   macam  obat,  karena  digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001 : 211)






















BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A.      Pengkajian
Pengkajian   adalah  langkah   awal  dan   dasar   dalam   proses keperawatan      secara    menyeluruh      (Boedihartono,        1994     : 10). Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1.       Aktivitas/istirahat:
Gejala:
  Kelemahan, kelelahan/keletihan
  Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
  Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.
2.       Sirkulasi:
Gejala:                  Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda:                  Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
3.       Integritas ego:
Gejala:
  Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
  Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
  Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:                  Menyangkal, menarik diri, marah.
4.       Eliminasi:
Gejala:                  Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
Tanda:
  Perubahan bising usus, distensi abdomen
  TEraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5.       Makanan/cairan:
Gejala:
  Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)
  Anoreksia, mual, muntah
  Intoleransi makanan
Tanda:                  Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6.       Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:                  Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit
7.       Keamanan:
Gejala:                  Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda:                  Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8.       Interaksi sosial
Gejala:
  Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
  Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
9.       Penyuluhan/pembelajaran:
  Riwayat kanker dalam keluarga
  Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
  Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
  Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari


B.      Prioritas Masalah Keperawatan
1.   Dukungan proses adaptasi dan kemandirian
2.   Meningkatkan kenyamanan
3.   Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
4.   Mencegah komplikasi
5.   Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.




C.      Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup yang berikut :
1.       Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
2.      Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
a.       Peningkatan bunyi usus/peristaltic
b.      Peningkatan defekasi cair
c.       Perubahan warna feses
d.      Nyeri/kram abdomen
3.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:
a.        Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
b.      Peningkatan  bunyi usus
c.       Konjungtiva dan membran mukosa pucat
d.      Mual, muntah, diare
5.       Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
6.      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
7.       Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
8.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi
9.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Ditandai dengan:
a.       Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan konsep
b.      Tidak akurat mengikuti instruksi
c.       Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah

D.    Intervensi Dan Rasional
1.       Diagnosa : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan dapatmempertahan hidrasi adekuat.
Kriteria Hasil : membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda vital stabil, dan secara individual mengeluarkan urine dengan tepat
INTERVENSI
RASIONAL
1)      Awasi masukan dan haluaran dengan cermat, ukur feses cair. Timbang berat badan tiap hari.

2)      Kaji tanda vital (TD, Nadi, Suhu)


3)      Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat

4)      Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring; hindari kerja

5)      Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah samar


6)      Kolaborasi pemberian cairan paranteral, transfusi darah sesuai indikasi


7)      Kalaborasi pemberian obat sesuai indikasi: Antiemetik, mis, trimetobenzamida (Tigan); hidroksin (Vistaril); proklorperazin (Compazine), Antipiretik, mis, asetaminofen (Tyenol), Vitamin K
Memberikan indikator langsung keseimbangan cairan


Hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukkan respons terhadap dan/atau efek kehilangan cairan

Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi


Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan cairan usus

Diet tak adekuat dan penurunan absorbsi dapat menimbulkan defisiensi vit. K dan merusak koagulasi, potensial resiko pendarahan

Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan/ anemia

Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaserbasi akut, Mengontrol demam, Merangsang pembentukan protrombin hepatik, menstabilisasi koagulasi dan menurunkan resiko perdarahan





2.       Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
Tujuan: Setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan diare atau penurunan frekuaensi defekasi.
Kriteria hasil : Klien melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali normal
INTERVENSI
RASIONAL
1.       Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah baring siapkan alat yang diperlukan dekat tempat tidur, pasang tirai dan segera buang feses setelah defekasi).

2.       Tingkatkan/pertahankan asupan cairan per oral.

3.       Ajarkan tentang makanan-minuman yang dapat memperburuk/mencetuskan diare.

4.       Observasi dan catat frekuensi defekasi, volume dan karakteristik feses.

5.       Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan.

6.       Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program terapi (antibiotika, antikolinergik, kortikosteroid).
Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda sehingga perlu diantisipasi dengan menyiapkan keperluan klien


Mencegah timbulnya maslah kekurangan cairan.


Membantu klien menghindari agen pencetus diare.


Menilai perkembangan masalah.


Mengantisipasi tanda-tanda bahaya perforasi dan peritonitis yang memerlukan tindakan kedaruratan.


Antibiotika untuk membunuh /menghambat pertumbuhan agen patogen biologik, antikolinergik untuk menurunkan peristaltik usus dan menurunkan sekresi digestif, kortikosteroid untuk menurunkan proses inflamasi.


3.       Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri hilang atau skala nyeri berkurang.
Kriteria Hasil : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi
Rasional
1.       Dorong pasien untuk melaporkan nyeri


2.       Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman, mis lutut fleksi

3.       Berikan tindakan yang nyaman ( pijatan punggung, ubah posisi) & aktivitas senggang

4.       Dorong penggunaan tekhnik relaksasi, mis, bimbingan imajinasi, visualisasi. Berikan aktivitas tenggang

5.       Berikan obat sesuai indikasi, mis, analgesik
Mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada meminta analgesic

Menurukan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control

Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan menigkatkan kemampuan koping.

Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian, sehingga menurunakan nyeri dan ketidak nyamanan

Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan.


4.       Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.

Tujuan: setelsh dilskuksn tindakan keperawwatn selama 3x24 jam di harapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria hasil : klien melaporkan selera makannya meningkat

INTERVENSI
RASIONAL
1.       Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi

2.       Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene).

3.       Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai perkembangan kesehatan klien (lunak, bubur kasar, nasi biasa)

4.       Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)


5.       Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.
Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.

Meningkatkan kenyamanan dan selera makan.


Asupan kalori dan protein tinggi perlu diberikan untuk mengimbangi status hipermetabolisme klien keganasan.


Pemberian preparat zat besi dan vitamin B12 dapat mencegah anemia; pemberian asam folat mungkin perlu untuk mengatasi defisiensi karen amalbasorbsi.

Pemberian peroral mungkin dihentikan sementara untuk mengistirahatkan saluran cerna.





5.       Diagnosa :  Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
Tujuan : setelsh dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan  pola eliminasi klien sesuai kebutuhan fisik dan gaya hidup dengan ketepatan jumlah dan konsistensi.
Kriteria hasil : klien melaporkan sudah dapat b.a.b dengan teratur.
Intervensi
Rasional
1.  pastikan kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelunya

2.   observasi gerakan usus, warna, konsistensi, dan jumlah

3.   berikan pelunak feses, supositoria gliserin sesuai indikasi
Membantu dalam jadwal irigasi efektif untuk pasien dengan kolostomi

Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi

Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan/evakuasi feses


6.       Diagnosa : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatn selama 3x24 jam diharapkan dapat meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanpa infeksi.
Kriteria hasil : klien melaporkan luknya sudah sembuh atau mulai sembuh / mengering

INTERVENSI
RASIONAL
1.        Observasi luka, catat karakteristik drainase

2.     Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan tekhnik aseptic

3.     Dorong posisi miring dengan kepala tinggi, hindari duduk lama





4.    Kalaborasi irigasi luka sesuai indikasi, gunakan cairan garam faal, larutan hidrogen peroksida, atau larutan antibiotic

5.    Kalaborasi rendam duduk
Perdarahan pascaoperasi paling sering terjadi selama 48 jam pertama, dimana infeksi dapat terjadi kapan saja

Sejumlah besar drainase serosa menuntut penggantian dengan sering untuk menurunkan iritasi kulit dan potensial ptensi

Meningkatkan drainase dari luka parineal atau drain menurunkan resiko pengumpulan. Duduk lama meningkatkan tekanan parineal, menurunkan sirkulasi keluka, dan memperlambat penyembuhan




Diperlukan untuk menginflamasi/ infekasi praoperasi atau kontaminasi intraoperasi




Meningkatkan kebersihan dan memudahkan penyembuhan.

7.       Diagnosa :  Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
Tujuan: Setelah dilkukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam menunjukkan rileks
Kriteria hasil : Klien melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani. 
INTERVENSI KEPERAWATAN
RASIONAL
1.    Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.


2.    Eksplorasi kecemasan klien dan berikan umpan balik.


3.    Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang lazim dialami oleh banyak orang dalam situasi klien saat ini.

4.     Ijinkan klien ditemani keluarga (significant others) selama fase kecemasan dan pertahankan ketenangan lingkungan.

5.    Kolaborasi pemberian obat sedatif.


6.    Pantau dan catat respon verbal dan non verbal klien yang menunjukan kecemasan.
Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan kecemasan/ rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan menerima situasi yang terjadi.

Mengidentifikasi faktor pencetus/ pemberat masalah kecemasan dan menawarkan solusi yang dapat dilakukan klien.

Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak hanya dialami oleh klien satu-satunya dengan harapan klien dapat memahami dan menerima keadaanya.


Memobilisasi sistem pendukung, mencegah perasaan terisolasi dan menurunkan kecemsan.



Menurunkan kecemasan, memudahkan istirahat.
Menilai perkembangan masalah klien.

Mendapatkan informasi keefektifan terapi yang diberikan.





8.       Diagnosa :  Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperaawatn selama 2x24 jam di harapkan klien dapat menerima kondisi diri sesuai situasi, menerima perubahan kedalam konsep diri tanpa harga diri yang negative.
Kriteria hasil : klien menyatakan penerimaan tentang kondisi diri dengan baik.

INTERVENSI
RASIONAL
1.       Pastikan apakah konseling dlakukan bila mungkin dan/atau ostomi perlu untuk diskusikan
2.    Dorong pasien/orang tedekat untuk menyatakn perasaan tentang ostomi


3.     Catat prilaku menarik diri. Peningkatan ktergantungan, manipulasi, atau tidak terlibat pada perawatan.

4.    Berikan kesempatan pada pasien untuk menerima ostomi melalui partisipasi pada perawatan diri.

5.     Rencanakan/jadwalkan perawatan dengan pasien


6.    Pertahankan pendekatan positif selama aktifitas perawatan. Jangan perlihatkan rasa marah secara pribadi

7.    Diskusikan kemungkinan kontak dengan pengunjung ostomi, dan buat perjanjian untuk kunjungan berikutnya bila diperlukan.
Memberikan informasi tentang tingkat pengetahuan pasien terhadap pengetahuan tentang situasi pasien.
Membantu pasien untuk menyadari perasaannya tidak biasa dan perasaan bersalah tentng mereka tidak perlu/tidak membantu

Dugaan masalah pada pnilaian yang dapat memerlukan evaluasi lanjut dan terapi lebih ketat.

Ketergantungan pada perawatan diri membantu untuk memperbaiki kepercayaan diri dan peneriman situai

Meningkatkan rasa kontroling dan memberikan pesan pada pasien bahwa ia dapat menangani hal tersebut, meningkatkan harga diri

Bantu pasien/orang terdekat untuk menerima perubahan tubuh dan merasakan baik tentang diri sendiri.

Dapat  memberikan sistem pendukung yang baik














BAB IV
PENUTUP


A.    Simpulan
Penyakit hemoroid dan Ca kolorektal adalah penyakit yang menyerang bagian kolon dan rectum .Resiko terkena kedua penyakit tersebut dapat diturunkan dengan menjaga gaya hidup individu tersebut.
B.     Saran
Dianjurkan untuk selalu mengkonsumsi makanan yang bayak mengandung serat, kecukupan nutrisi tubuh sebaiknya dipenuhi secara seimbang
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah,Edisi 8,Vol.2.  Jakarta: EGC
Doenges dkk. 2000.  Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3. Jakarta: EGC
Price & Wilson. 2006. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.6. Jakarta: EGC
Prayuda hendi, Muhammad. Asuhan Keperawatan Pasien dengan  Ca Colon. Inhttp://www.scribd.com. Lustupdate 13 november 2011
Malini, eva. 2009. Askep Hemeroid Pasien Hemeroid dan Ca Colorectal. Inhttp://www.scribd.com. Lustupdate 27 november 2011