BAB II
Kekurangan
Kalori Protein (KKP)
A.Pengertian Kekurangan Kalori
Protein (KKP)
Manusia
membutuhkan makan untuk bertahan hidup. Selain untuk bertahan hidup, makanan
juga berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuh akan zat-zat seperti karbohidrat,
protein, lemak, mineral, vitamin, dan zat-zat lain. Namun, di zaman yang sudah
modern ini justru banyak orang yang tidak dapat memenuhi zat-zat tersebut.
Pada kali ini
akan membahas secara khusus mengenai kekurangan kalori protein. Protein yang
berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau
utama. Protein berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan
tubuh. Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan dan
tumbuhan. Jika kita tidak mendapat asupan protein yang cukup dari makanan
tersebut, maka kita akan mengalami kondisi malnutrisi energi protein.
Konsumsi
makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau
status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih
zat-zat gizi esensial.
Beragam masalah
malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak. Secara umum, kurang gizi adalah
salah satu istilah dari penyakit KKP, yaitu penyakit yag diakibatkan kekurangan
energi dan protein. KKP dapat juga diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Bergantung pada derajat kekurangan energy
protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. Penyakit
KKP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi.
Penyakit ini
paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negara berkembang.
Gejala kurang gizi ringan relative tidak jelas, hanya terlihatbahwa berat
badananak tersebut lebih rendah disbanding anak seusianya. Kira-kira berat
badannya hanya sekitar 60% sampai 80% dari berat badan ideal.
B. Faktor Penyebab
Secara umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa factor,
yang paling dominan adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena
bagaimana pun KKP tidak akan terjadi bila kesejahteraan rakyat terpenuhi.
Berikut
beberapa faktor penyebabnya :
1.
Faktor sosial. Yang dimaksud faktor
sosial adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makana bergizi
bagi pertumbuhan anak, sehingga banyak balita tidak mendapatkan makanan yang
bergizi seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal kenyang. Selain itu,
hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sosial dan
politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan
tertentu dan berlangsung turun-temurun dapat menjad hal yang menyebabkan
terjadinya kwashiorkor.
2. Kemiskinan.
Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit ini di
negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat menyababkan kebutuhan
paling mendasar, yaitu pangan pun sering kali tidak biasa terpenuhi apalagi
tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
3.
Laju
pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersedian bahan
pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun menjadi penyebab munculnya penyakit KKP.
4. Infeksi. Tak
dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan malnutrisi.
Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi malnutrisi
akan semakin memperlemah daya tahan tubuh yang pada gilirannya akan mempermudah
masuknya beragam penyakit. Tindakan pencegahan otomatis sudah dilakukan bila
faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari. Misalnya, ketersediaan pangan yang
tercukupi, daya beli masyarakat untuk dapat membeli bahan pangan, dan
pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi balita serta faktor infeksi dan
penyakit lain.
5. Pola makan.
Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua
makanan mengandung protein atau asam amino yang memadai. Bayi yang masih
menyusui umumnya mendapatkan protein dari Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan
ibunya. Namun, bayi yang tidak memperoleh ASI protein dari suber-sumber lain
(susu, telur, keju, tahu, dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya
pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap
terjadinya kwashiorkor terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti
ASI.
6. Tingkat pendidikan
orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola pengasuhan balita. Para ibu kurang
mengerti makanan apa saja yang seharusnya menjadi asupan untuk anak-anak
mereka.
7. Kurangnya
pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi yang merupakan bagian dari
system imun mempengaruhi tingkat kesehatan bayi dan anak-anak.
C. Klasifikasi
Kekurangan Kalori Protein (KKP)
KKP dibagi
menjadi dua jenis, yaitu kwashiorkor dan marasmus. Berikut adalah
penjelasannya.
1.
Kwashiorkor.
Istilah kwashiorkor pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Cecily Williams pada
tahun 1933 ketika ia menemukan keadaan ini di Ghana, Afrika. Dalam bahasa
Ghana, kwashiorkor artinya penyakit yang diperoleh anak pertama, bila anak
kedua sedang ditunggu kelahirannya. Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake
yang berlangsung kronis.
2. Marasmus.
Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting atau merusak.
Merupakan bentuk malnutrisi kalori protein akibat kekurangan kalori yang berat
dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya
lemak dibawah kulit dan otot (Dorland, 1998:649). Marasmus juga diartikan
sebagai malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak
cukup atau hygiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit
klinis yang menekankan satu atau lebih tanda defesiansi protein dan kalori
(Nelson, 1999:212).
D.Manifestasi Klinis
Beberapa
gejala penyakit kwashiorkor adalah :
1.
Banyak menangis
2. Bahkan pada
stadium lanjut anak terlihat sangat pasif
3. Penderita
nampak lemah dan ingin selalu terbaring
4. Diare dengan
fase cair yang banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya produksi
laktase dan enzim penting lainnya
5. Kelainan kulit
yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechia (pendarahan
kecil yang timbul sebagai titik berwarna merah keunguan pada kulit maupun
selaput lendir, Red), yang lama kelamaan kemudian menghitam. Setelah
mengelupas, terlihat kemerahan dengan batas menghitam. Kelainan ini buasanya
dijumpai di kulit sekitar punggung, pantat, dan sebagainya
6. Pembesaran
hati, bahkan saat rebahan penbesaran ini diraba dari luar tubuh terasa licin
dan kenyal
7.
Gangguan fungsi ginjal dan anemia
8.
Gagal untuk manambah berat badan
9.
Pertumbuhan linear terhenti
10.
Perubahan warna rambut menjadi
kemerahan dan mudah dicabut
11.
Penurunan massa otot
12. Perubahan
mental seperti lethargia, irotabilitas, dan apatis dapat terjadi
13. Pada keadaan
berat atau akhir (final stagaes) dapat mengakibatkan shock, koma, dan berakhir
dengan kematian
14. Pada hasil
pemeriksaan laboratorium terdapat hipoproteinemia, terutama pada albumin
sehingga terjadi edema
Sedangkan
gejala dari marasmus adalah
1. anak kurus
hingga terlihat tulang berbungkus kulit
2. wajah seperti
orangtua
3. perut cekung
4. kulit keriput,
jaringan lemak subkuits sangat sedikit sampai tidak ada (pada daerah bokong
tampak seperti memakai celana longgar)
5. cengeng dan
rewel
6. iga gambang
7. diare kronik
8. sering disertai
penyakit inspeksi (umumnya kronis berulang)
E. Akibat
Kekurangan Kalori Protein
Kekurangan
protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Kekurangan
protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak di
bawah lima tahun. Akibat dari kwashiorkor dan marasmus sendiri, yaitu:
1. Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan
2. Mudah terkena
penyakit
3. Berkurangnya
daya pikir
4. Penurunan
fungsi otak
5. Ketidakseimbangan
cairan elektrolit
6. Berkurangnya
daya tahan tubuh
7. Bila tidak
segera diobati berakhir dengan kematian
F. Cara
Menanggulangi KKP
KKP merupakan
salah satu masalah serius yang sedang dihadapi Indonesia. Kita dapat berusaha
agar KKP dapat dikuragi. Berikut adalah cara-cara pencegahannya :
1. Tingkat
keluarga
a) Ibu membawa
balita ke posyandu untuk ditimbang
b) Memberi ASI
pada usia sampai enam bulan
c) Memberi maknan
pendukung ASI yang mengandung berbagai gizi (kalori, vitamin, mineral)
d) Memberitahukan
petugas kesehatan bila balita mengalami sakit
e) Menhindari
pemberian makanan buatan kepada anak-anak untuk menggantikan ASI sepanjang ibu
masih mampu menghasilkan ASI
f) Melindungi anak
dari kemungkinan menderita diare dan dehidrasi dengan cara memelihara
kebersihan, menggunakan air masak untuk minum, mencuci alat pembuat susu dan
makanan bayi serta penyediaan oralit
g) Mengatur jarak
kehamilan ibu agar ibu cukup waktu untuk merawat dan mengatur makanan yang bergizi
untuk buah hati mereka
2. Tingkat
posyandu
a) Kader melakukan
penimbangan pada balita setiap bulan di posyandu
b) Kader
memberikan penyuluhan tentang makanan pendukung ASI (MP-ASI)
c) Kader
memberikan pemulihan bayi balita yang berada di garis merah (PMT) contoh : KMS
d) Pemberian
imunisasi untuk melindungi anak dari penyakit infeksi seperti TBC, polio dan
ada pula beberapa imunisasi dasar, antara lain :
1) BCG
2) DPT
3) Polio
4) Hepatitis B3
5) Campak
3.Tingkat pengobatan
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak mengandung protein bernilai biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan miniral. Makan tersebut dalam bentuk mudah cerna dan diserap, diberikan secara bertahap.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian perenteral adalah sebagai berikut:
1. Jumlah cairan adalah ; 200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor atau marasmus kwashiorkor.
2. 250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.
3. Makanan tinggi kalori tinggi protien 3,0-5,0 g/kgBB
4. Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari
5. Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/hari pada anak besar
6. KCL oral 75-150mg /kgBB/hari.
7. Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/KgBB/hari.
Prinsip pengobatan adalah pemberian makanan yang banyak mengandung protein bernilai biologik tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan miniral. Makan tersebut dalam bentuk mudah cerna dan diserap, diberikan secara bertahap.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian perenteral adalah sebagai berikut:
1. Jumlah cairan adalah ; 200 ml / kgBB/ hari untuk kwasiorkor atau marasmus kwashiorkor.
2. 250 ml/kgBB/ hari untuk marasmus.
3. Makanan tinggi kalori tinggi protien 3,0-5,0 g/kgBB
4. Kalori 150-200 kkal/ kgBB/hari
5. Vitamin dan mineral , asam folat peroral 3x 5 mg/hari pada anak besar
6. KCL oral 75-150mg /kgBB/hari.
7. Bila hipoksia berikan KCL intravena 3-4 mg/KgBB/hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar