Powered By Blogger

Jumat, 21 September 2012

makalah tindakan pemberian huknah

andysmar.blogspot.com klik di sini untuk lebih banyak makalah atau pun askep yang anda perlukan

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kepada Allah SWT yang mana pada waktu ini Allah telah memberikan kesempatan dan kesehatan kepada kami dan kami telah menyelesaikan makalah kami dengan sederhana.
Dan shalawat kepada janjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW, dengan berkat beleiau kita telah terarah kepada tempat yang baik samapi sekarang dan juga kepada sahabat beliau yang sama-sama memperjuangkan agama Islam di masa Jahiliah sehingga berkembangnya Islam kesuluruh dunia.
Dalam penulisan makalah kami sangat banyak kekurangan dan kesalahan oleh karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya makalah kami menjadi benar karna kami baru belajar dalam hal membuat makalah. Atas perhatiannya saudara pada makalah kami ucapkan banyak terima kasih.



Alue Awe, 29 November 2010
       

       



DAFTAR ISI

                                                                                   
KATA PENGANTAR .........................................................................       i
DAFTAR ISI .........................................................................................       ii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................       1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................       1
B. Tujuan.....................................................................................       1

BAB II. TINDAKAN KEPERAWATAN .........................................       2
A.    Pemberian Huknah.................................................................       3
B.     Pemberian Gliserin Per Rektal...............................................       6
C.     Pemberian Suppositoria.........................................................       9

BAB III. PENUTUP .............................................................................       10        
  1. Kesimpulan .................................................................................       10
  2. Saran ...........................................................................................       10

DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang
Dalam hal ini perawat harus mampu memahami dan mengerti tentang bagaimana cara membantu pasien yang susah BAB dengan benar dan teliti dan juga agar perawat dapat memahami manfaat serta indikasi dan kontra indikasi dan melakukan huknah, gliserin dan suppositoria. Memungkinkan perawat untuk melakukan dengan benar terhadap bagaimana melakukan tindakan huknah, gliserin dan suppositoria kepada pasien.

  1. Tujuan
Tujuan adanya makalah ni adalah agar mahasiswa/mahasiswi kesehatan mampu untuk :
1.      Menjelaskan pengertian huknah, gliserin dan suppositoritas.
2.      Menjelaskan persiapan alat.
3.      Dapat melaksanakan prosedur dari tindakan pemberian huknah, gliserin dan suppositoritas.









BAB II
TINDAKAN KEPERAWATAN

1.      Pengertian Huknah

Enema / Huknah adalah memasukkan cairan sabun yang hangat melalui anus rektum sampai kedalam kolon desenden dan asenden. Fungsinya adalah untuk mengeluarkan feses dan flaktus. Huknah dapat diklasifikasikan ke dalam empat golongan menurut cara kerjanya : cleansing ( membersihkan ), carminative ( untuk mengobati flakulance ), retensi ( menahan ), dan mengembalikan aliran. Dua jenis dari cleaning anema adalah high enema ( huknah tinggi ) dan low enema ( huknah rendah ). High enema diberikan untuk membersihkn kolon sebanyak mungkin, sering diberikan sekitar 1000ml larutan orang dewasa dan posisi klien berubah dari posisi lateral kiri ke posisi dorsal recumbeng dan kemudian ke posisi lateral kanan selama pemberian ini agar cairan dapat turun ke usus besar, cleaning enema paling efektif jika diberikan dalam waktu 5 – 10 menit.
Low enema diberikan hanya untuk membersih kan rektum dan kolon sigmoid. Sekitar 500 mL larutan diberikan pada orang dewasa dan klien dipertahankan pada posisi ke kiri selama pemberian.

Tujuan
1.      Untuk membersihkan usus.
2.      Untuk pengobatan.
3.      Membantu menegakkan diagnosa.

Indikasi
1.      Untuk persiapan pemeriksaan radiologi.
2.      Untuk persiapan opoerasi.
3.      Pada ibu yang akan melahirkan.

Kontraindikasi
1.      Tumor.
2.      Hemoroid (ambien).

2.   Carminatine Enema
Carminatina enema terutama diberikan untuk mengeluarkan flatus. Larutan dimasukkan ke dalam rektum untuk dimasukkan gas dimana ia merenggangkan rektum dan kolon, kemudian merangsang peristaltik. Untuk orang dewasa dimasukkan 60 – 180 mL.

3.   Retention Enema
Retention enema yaitu dimasukkan oil (pelumas) ke dalam rektum dan kolon sigmoid, pelumas tersebut tertahan untuk suatu waktu yang lama (1–3jam), ia bekerja untuk melumasi rektum dan kanal anal yang akhirnya memudahkan jalannya feses.

4.   Enema Yang Mengembalikan Aliran
Enema yang mengembalikan aliran kadang – kadang mengarah pada pembilasan kolon, digunakan untuk mengeluarkan flatus. Ini adalah pemasukan cairan yang berulang ke dalam rektum dan pengaliran cairan dari rektum.
Pemberian enema merupakan prosedur yang relatif mudah untuk klien. Bahaya utama adalah iritasi sabun dan efek negatif dari larutan hypertonik atau hipotania.

A.    PEMBERIAN HUKNAH

1.                                                                  HUKNAH RENDAH
Huknah rendah adalah tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat ke dalam kolon desendens dengan menggunakan kanula rektal melalui anus. Huknah rendah dilaksanakan sebelum operasi ( persiapan pembedahan ) dan pasien yang mengalami obstipasi.
Tujuan
1.      Mengosokkan usus pada pra – pembedahan untuk mencegah hal – hal yang tidak diinginkan selama operasi berlangsung, seperti BAB.
2.      Merangsang buang air besar atau merangsang pristaltik usus untuk mengeluarkan fedses karena kesulitan untuk defekasi ( pada pasien sembelit ).

Alat dan bahan
1.      Pengalas
2.      Irigator lengkap dengan kanula rektal dan klem
3.      Cairan hangat ( 700 – 1000 ml dengan suhu 40,5°­­ – 43° C )
4.      Bengkok
5.      Jeli
6.      Pispot
7.      Sampiran
8.      Sarung tangan
9.      Tisu

Prosedur kerja

1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
2.      Cuci tangan
3.      Atur ruangan dengan memasang sampiran bila pasien dirawat di bangsal umum.
4.      Atur posisi pasien dengan posisisi sims kiri.
5.      Pasang pengalas dibawah area gluteal.
6.      Siapkan bengkok di dekat pasien.
7.      Irigator diisi cairan hangat dan hubungkan kanula rektal. Kemudian periksa alirannya dengan membuka kanula rekti dan keluarkan air ke bengkok dan beri jeli pada kanula.
8.      Gunakan sarung tangan.
9.      Masukkan kanula kira-kira 15 cm ke dalam rektum ke arah kolon desendens sambil pasien diminta menarik napas dan pegang irigator setinggi 50 cm dari tempat tidur dan buka klemnya. Air yang dialirkan sampai pasien menunjukkan keinginan untuk defikasi.
10.  Anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defikasi dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet. Bila pasien tidak mampu mobilisasi, bersihkan daerah sekitar anus hingga bersih dan keringkan denagn tisu.
11.  Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
12.  Catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan dan respon pasien.

2.                                                                  HUKNAH TINGGI
Huknah tinggi adalah tindakan memasukkan cairan hangat ke dalam kolon asendens dengan menggunakan kanula usus. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan umum.

Tujuan
Menggosokkan usus untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti buang air besar selama prosedur operasi dilakukan atau pengosongan sebagai tindak diagnostik / pembedahan.

Alat dan bahan
1.      Pengalas
2.      Irigator lengkap dengan kanula rektal dan klem
3.      Cairan hangat ( 700 – 1000 ml dengan suhu 40,5° – 43° C )
4.      Bengkok
5.      Jeli
6.      Pispot
7.      Sampiran
8.      Sarung tangan
9.      Tisu

Prosedur kerja
1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
2.      Cuci tangan.
3.      Atur ruangan dengan meletakkan sampiran bila pasien berada dalam bangsal umum atau bila pasien dirawat di ruang privat, cukup dengan menutup pintu kamar.
4.      Atur posisi pasien dengan posisi sims kanan.
5.      Pasang pengalas dibawah daerah anus.
6.      Siapkan bengkok dekat pasien.
7.      Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan hubungkan kanula usus, kemudian periksa aliran dengan membuka kanula usus dan mengeluarkan air ke bengkok dan be ikan jeli pada ujung kanula tersebut.
8.      Gunakan sarung tangan.
9.      Masukkaan kanula kedalam rektum ke arah kolon asendens (15-20 cm) sambil pasien diminta menarik nafaspanjang dan pegang irigator setinggi 30cm dari tempat tidur dan buka klem msampai air mengalir dan menimbulkan rasa ingin defekasi.
10.  Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila ada rasa ingin defekasi dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet, bila pasien tidak mampu ke toilet bersihkan dengan menyiram daerah parineum hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
11.  Cuci tangan.
12.  Ccatat jumlah, warna, konsistensi, dan respons pasien terhadap tindakan.

B.     PEMBERIAN GLISERIN PER REKTAL
            Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan cairan gliserin ke dalam poros usus dengan mengggunakan spuit gliserin. Tindakan ini dapat dilakukan untuk merangsang peristaltik usus sehingga pasien dapat defekasi (khususnya pada pasien yang mengalami sembelit) dan juga dapat digunakan untuk persiapan operasi.

Tujuan
1.      Merangsang buang air besar dengan merangsang peristaltik usus.
2.      Mengosongkan usus yang digunakan sebelun tindakan pembedahan.

Indikasi
1.      Pada penderita obstipasi.
2.      Persiapan operasi kecil.
3.      Untuk pemeriksaan.

Kontra indikasi
1.      Abortus imminens.
2.      Kanker rektum.
3.      Tipus abdominalis.

Alat dan bahan
1.      Spuit gliserin
2.      Gliserinn dalam tempatnya
3.      Bengkok
4.      Pangalas
5.      Sampiran
6.      Sarung tangan
7.      Tisu

Prosedur kerja
1.      Jelaskan prosedur pada pasien.
2.      Cuci tangan
3.      Atur ruangan, tutup pintu bila pasien dalam ruang rawat pribadi dan pasang sampiran bila pasien dirawat dalam bangsal umum.
4.      Atur posisi pasien (miring ke kiri)
5.      Ppasang pengalas di area gluteal.
6.      Siapkan bengkok didekat pasien.
7.      Spui diisi glieserin 10-20cc
8.      Gunakan sarung tangan
9.      Masukkan gliserinperlahan kedalam anus dengan cara tangan kiri meregangkan daerah anus, tangan tangan memasukkan spuit kedalam anus sampai pangkal kanula dengan ujung spuit diarahkan kedepan dan anjurkan pasien bernafas dalam.
10.  Setelah selesai, cabu dan masukkan spuit kedalam bengkok. Anjurkan pasien unuk menahan sebentar rasa ingi defeksi dan pasang pispot bila pasien tidak mampu ke toilet. Kemudian bersihkan daerrah perineum dengan air hingga bersih lalu keringkan denan tisu.
11.  Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
12.  Catat jumlah feses, warna, konsistensi, dan respons pasien.

EVAKUASI FESES SECARA MANUAL

Prosedur ini merupakan tindakan memasukkan jari ke dalam rektum pasien. Tindakan ini digunakan untuk mengambil atau menghancurkan massa feses sekaligus mengeluarkannya. Indikasi tindakan ini adalah bila massa feses terlalu besar dan pemberian enema tidak berhasil, konstipasi pada lansia.

Tujuan
Mengatasi impaksi fekal (pengerasan feses) yang tidak dapat dilakukan oleh enema.

Alat dan bahan
1.      Sarung tangan
2.      Minysk pelumas/jeli
3.      Alat penampung atau pispot
4.      Pengalas


Prosedur kerja
1.      Jelaskan prosedur pada pasien.
2.      Cuci tangan.
3.      Gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas atau jeli pada jari telunjuk. Atur posisi miring dengan lutut fleksi.
4.      Masukkan jari ke dalam rektum dan dorong dengan perlahan sepanjang dinding rektum ke arah massa feses yang impaksi.
5.      secara perlahan lnakkan massa dengan masase daerah feses yang impaksi
(arahkan jari pada inti yang keras).
6.      berikan pispot bila terasa ingin defekdsi atau bantu ke toilet.
7.      cuci tangan setelah prosedur dilaksanakan.
8.      catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan (impaksi), serta respon pasien terhadap prosedur.

C. PEMBERIAN SUPPOSITORIA
            Beberapa cathartice diberikan dalam bentuk suppositoria ini bekerja dalam beberapa cara dengan menstimulasi ujung saraf di muosa rektal. Suppositoria seharusnya dimasukkan melalui spincker analditenus.

Untuk dewasa suppositoria dimasukkan sekitar 7,5 – 10cm ( 3 – 4 inch ), klien diinstruksikan untuk bernapas melalui mulut, karena pernafasan mulut dapat  merelaksaaikan spinckeranal. Untuk lebih efektif suppositoria harus ditempatkan sepanjang dinding rektum. Secepatnya setelah memasukkan obat suppositoria, pearawat membantu menekan pinggang klien supaya obat tidak keluar.

            Buka sarung tangan, dibalikkan, kemudian dicuci dengan air dan sabun. Secara umum suppositoria efektif.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

1.      Enema / Huknah adalah memasukkan cairan sabun yang hangat melaui anus rektum sampai kedalam kolon desenden dan asenden. Fungsinya adalah untuk mengeluarkan feses dan flatus.
2.       Huknah dapat diklasifikasikan ke dalam empat golongan menurut cara kerjanya : cleansing ( membersihkan ), carminative ( untuk mengobati flakulance ), retensi ( menahan ), dan mengembalikan aliran. Dua jenis dari cleaning anema adalah high enema ( huknah tinggi ) dan low enema ( huknah rendah ).
3.      Pemberian gliserin dilakukan dengan memasukkan cairan gliserin kedalam poros usus dengan menggunakan spuit gliserin
4.      Pemberian suppositoria bekerja dalam beberapa cara dengan menstimulasi ujung saraf di muosa rektal.


B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis sangat yakin masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian guna dan tujuan untuk memperbaiki kesalahan dan menutupi kekurangan. Atas partisipasinya ribuan terima kasih kami hanturkan.










DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz Alimul Hidayat,S.Kp, Musrifatul Uliyah, S.Kp.Kebutuhan Dasar Manusia.2002.Jakarta
Puruhito.1995,Dasar-Dasar Pemberian Cairan dan Elektrolit Pada Kasus-Kasus Bedah. Airlangga Univercity Press: Surabaya.

KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur kepada Allah SWT yang mana pada waktu ini Allah telah memberikan kesempatan dan kesehatan kepada kami dan kami telah menyelesaikan makalah kami dengan sederhana.
Dan shalawat kepada janjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW, dengan berkat beleiau kita telah terarah kepada tempat yang baik samapi sekarang dan juga kepada sahabat beliau yang sama-sama memperjuangkan agama Islam di masa Jahiliah sehingga berkembangnya Islam kesuluruh dunia.
Dalam penulisan makalah kami sangat banyak kekurangan dan kesalahan oleh karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya makalah kami menjadi benar karna kami baru belajar dalam hal membuat makalah. Atas perhatiannya saudara pada makalah kami ucapkan banyak terima kasih.



Alue Awe, 29 November 2010
       

       



DAFTAR ISI

                                                                                   
KATA PENGANTAR .........................................................................       i
DAFTAR ISI .........................................................................................       ii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................       1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................       1
B. Tujuan.....................................................................................       1

BAB II. TINDAKAN KEPERAWATAN .........................................       2
A.    Pemberian Huknah.................................................................       3
B.     Pemberian Gliserin Per Rektal...............................................       6
C.     Pemberian Suppositoria.........................................................       9

BAB III. PENUTUP .............................................................................       10        
  1. Kesimpulan .................................................................................       10
  2. Saran ...........................................................................................       10

DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang
Dalam hal ini perawat harus mampu memahami dan mengerti tentang bagaimana cara membantu pasien yang susah BAB dengan benar dan teliti dan juga agar perawat dapat memahami manfaat serta indikasi dan kontra indikasi dan melakukan huknah, gliserin dan suppositoria. Memungkinkan perawat untuk melakukan dengan benar terhadap bagaimana melakukan tindakan huknah, gliserin dan suppositoria kepada pasien.

  1. Tujuan
Tujuan adanya makalah ni adalah agar mahasiswa/mahasiswi kesehatan mampu untuk :
1.      Menjelaskan pengertian huknah, gliserin dan suppositoritas.
2.      Menjelaskan persiapan alat.
3.      Dapat melaksanakan prosedur dari tindakan pemberian huknah, gliserin dan suppositoritas.









BAB II
TINDAKAN KEPERAWATAN

1.      Pengertian Huknah

Enema / Huknah adalah memasukkan cairan sabun yang hangat melalui anus rektum sampai kedalam kolon desenden dan asenden. Fungsinya adalah untuk mengeluarkan feses dan flaktus. Huknah dapat diklasifikasikan ke dalam empat golongan menurut cara kerjanya : cleansing ( membersihkan ), carminative ( untuk mengobati flakulance ), retensi ( menahan ), dan mengembalikan aliran. Dua jenis dari cleaning anema adalah high enema ( huknah tinggi ) dan low enema ( huknah rendah ). High enema diberikan untuk membersihkn kolon sebanyak mungkin, sering diberikan sekitar 1000ml larutan orang dewasa dan posisi klien berubah dari posisi lateral kiri ke posisi dorsal recumbeng dan kemudian ke posisi lateral kanan selama pemberian ini agar cairan dapat turun ke usus besar, cleaning enema paling efektif jika diberikan dalam waktu 5 – 10 menit.
Low enema diberikan hanya untuk membersih kan rektum dan kolon sigmoid. Sekitar 500 mL larutan diberikan pada orang dewasa dan klien dipertahankan pada posisi ke kiri selama pemberian.

Tujuan
1.      Untuk membersihkan usus.
2.      Untuk pengobatan.
3.      Membantu menegakkan diagnosa.

Indikasi
1.      Untuk persiapan pemeriksaan radiologi.
2.      Untuk persiapan opoerasi.
3.      Pada ibu yang akan melahirkan.

Kontraindikasi
1.      Tumor.
2.      Hemoroid (ambien).

2.   Carminatine Enema
Carminatina enema terutama diberikan untuk mengeluarkan flatus. Larutan dimasukkan ke dalam rektum untuk dimasukkan gas dimana ia merenggangkan rektum dan kolon, kemudian merangsang peristaltik. Untuk orang dewasa dimasukkan 60 – 180 mL.

3.   Retention Enema
Retention enema yaitu dimasukkan oil (pelumas) ke dalam rektum dan kolon sigmoid, pelumas tersebut tertahan untuk suatu waktu yang lama (1–3jam), ia bekerja untuk melumasi rektum dan kanal anal yang akhirnya memudahkan jalannya feses.

4.   Enema Yang Mengembalikan Aliran
Enema yang mengembalikan aliran kadang – kadang mengarah pada pembilasan kolon, digunakan untuk mengeluarkan flatus. Ini adalah pemasukan cairan yang berulang ke dalam rektum dan pengaliran cairan dari rektum.
Pemberian enema merupakan prosedur yang relatif mudah untuk klien. Bahaya utama adalah iritasi sabun dan efek negatif dari larutan hypertonik atau hipotania.

A.    PEMBERIAN HUKNAH

1.                                                                  HUKNAH RENDAH
Huknah rendah adalah tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat ke dalam kolon desendens dengan menggunakan kanula rektal melalui anus. Huknah rendah dilaksanakan sebelum operasi ( persiapan pembedahan ) dan pasien yang mengalami obstipasi.
Tujuan
1.      Mengosokkan usus pada pra – pembedahan untuk mencegah hal – hal yang tidak diinginkan selama operasi berlangsung, seperti BAB.
2.      Merangsang buang air besar atau merangsang pristaltik usus untuk mengeluarkan fedses karena kesulitan untuk defekasi ( pada pasien sembelit ).

Alat dan bahan
1.      Pengalas
2.      Irigator lengkap dengan kanula rektal dan klem
3.      Cairan hangat ( 700 – 1000 ml dengan suhu 40,5°­­ – 43° C )
4.      Bengkok
5.      Jeli
6.      Pispot
7.      Sampiran
8.      Sarung tangan
9.      Tisu

Prosedur kerja

1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
2.      Cuci tangan
3.      Atur ruangan dengan memasang sampiran bila pasien dirawat di bangsal umum.
4.      Atur posisi pasien dengan posisisi sims kiri.
5.      Pasang pengalas dibawah area gluteal.
6.      Siapkan bengkok di dekat pasien.
7.      Irigator diisi cairan hangat dan hubungkan kanula rektal. Kemudian periksa alirannya dengan membuka kanula rekti dan keluarkan air ke bengkok dan beri jeli pada kanula.
8.      Gunakan sarung tangan.
9.      Masukkan kanula kira-kira 15 cm ke dalam rektum ke arah kolon desendens sambil pasien diminta menarik napas dan pegang irigator setinggi 50 cm dari tempat tidur dan buka klemnya. Air yang dialirkan sampai pasien menunjukkan keinginan untuk defikasi.
10.  Anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defikasi dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet. Bila pasien tidak mampu mobilisasi, bersihkan daerah sekitar anus hingga bersih dan keringkan denagn tisu.
11.  Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
12.  Catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan dan respon pasien.

2.                                                                  HUKNAH TINGGI
Huknah tinggi adalah tindakan memasukkan cairan hangat ke dalam kolon asendens dengan menggunakan kanula usus. Tindakan ini dapat dilakukan pada pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan umum.

Tujuan
Menggosokkan usus untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti buang air besar selama prosedur operasi dilakukan atau pengosongan sebagai tindak diagnostik / pembedahan.

Alat dan bahan
1.      Pengalas
2.      Irigator lengkap dengan kanula rektal dan klem
3.      Cairan hangat ( 700 – 1000 ml dengan suhu 40,5° – 43° C )
4.      Bengkok
5.      Jeli
6.      Pispot
7.      Sampiran
8.      Sarung tangan
9.      Tisu

Prosedur kerja
1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.
2.      Cuci tangan.
3.      Atur ruangan dengan meletakkan sampiran bila pasien berada dalam bangsal umum atau bila pasien dirawat di ruang privat, cukup dengan menutup pintu kamar.
4.      Atur posisi pasien dengan posisi sims kanan.
5.      Pasang pengalas dibawah daerah anus.
6.      Siapkan bengkok dekat pasien.
7.      Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan hubungkan kanula usus, kemudian periksa aliran dengan membuka kanula usus dan mengeluarkan air ke bengkok dan be ikan jeli pada ujung kanula tersebut.
8.      Gunakan sarung tangan.
9.      Masukkaan kanula kedalam rektum ke arah kolon asendens (15-20 cm) sambil pasien diminta menarik nafaspanjang dan pegang irigator setinggi 30cm dari tempat tidur dan buka klem msampai air mengalir dan menimbulkan rasa ingin defekasi.
10.  Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila ada rasa ingin defekasi dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet, bila pasien tidak mampu ke toilet bersihkan dengan menyiram daerah parineum hingga bersih dan keringkan dengan tisu.
11.  Cuci tangan.
12.  Ccatat jumlah, warna, konsistensi, dan respons pasien terhadap tindakan.

B.     PEMBERIAN GLISERIN PER REKTAL
            Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan cairan gliserin ke dalam poros usus dengan mengggunakan spuit gliserin. Tindakan ini dapat dilakukan untuk merangsang peristaltik usus sehingga pasien dapat defekasi (khususnya pada pasien yang mengalami sembelit) dan juga dapat digunakan untuk persiapan operasi.

Tujuan
1.      Merangsang buang air besar dengan merangsang peristaltik usus.
2.      Mengosongkan usus yang digunakan sebelun tindakan pembedahan.

Indikasi
1.      Pada penderita obstipasi.
2.      Persiapan operasi kecil.
3.      Untuk pemeriksaan.

Kontra indikasi
1.      Abortus imminens.
2.      Kanker rektum.
3.      Tipus abdominalis.

Alat dan bahan
1.      Spuit gliserin
2.      Gliserinn dalam tempatnya
3.      Bengkok
4.      Pangalas
5.      Sampiran
6.      Sarung tangan
7.      Tisu

Prosedur kerja
1.      Jelaskan prosedur pada pasien.
2.      Cuci tangan
3.      Atur ruangan, tutup pintu bila pasien dalam ruang rawat pribadi dan pasang sampiran bila pasien dirawat dalam bangsal umum.
4.      Atur posisi pasien (miring ke kiri)
5.      Ppasang pengalas di area gluteal.
6.      Siapkan bengkok didekat pasien.
7.      Spui diisi glieserin 10-20cc
8.      Gunakan sarung tangan
9.      Masukkan gliserinperlahan kedalam anus dengan cara tangan kiri meregangkan daerah anus, tangan tangan memasukkan spuit kedalam anus sampai pangkal kanula dengan ujung spuit diarahkan kedepan dan anjurkan pasien bernafas dalam.
10.  Setelah selesai, cabu dan masukkan spuit kedalam bengkok. Anjurkan pasien unuk menahan sebentar rasa ingi defeksi dan pasang pispot bila pasien tidak mampu ke toilet. Kemudian bersihkan daerrah perineum dengan air hingga bersih lalu keringkan denan tisu.
11.  Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
12.  Catat jumlah feses, warna, konsistensi, dan respons pasien.

EVAKUASI FESES SECARA MANUAL

Prosedur ini merupakan tindakan memasukkan jari ke dalam rektum pasien. Tindakan ini digunakan untuk mengambil atau menghancurkan massa feses sekaligus mengeluarkannya. Indikasi tindakan ini adalah bila massa feses terlalu besar dan pemberian enema tidak berhasil, konstipasi pada lansia.

Tujuan
Mengatasi impaksi fekal (pengerasan feses) yang tidak dapat dilakukan oleh enema.

Alat dan bahan
1.      Sarung tangan
2.      Minysk pelumas/jeli
3.      Alat penampung atau pispot
4.      Pengalas


Prosedur kerja
1.      Jelaskan prosedur pada pasien.
2.      Cuci tangan.
3.      Gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas atau jeli pada jari telunjuk. Atur posisi miring dengan lutut fleksi.
4.      Masukkan jari ke dalam rektum dan dorong dengan perlahan sepanjang dinding rektum ke arah massa feses yang impaksi.
5.      secara perlahan lnakkan massa dengan masase daerah feses yang impaksi
(arahkan jari pada inti yang keras).
6.      berikan pispot bila terasa ingin defekdsi atau bantu ke toilet.
7.      cuci tangan setelah prosedur dilaksanakan.
8.      catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan (impaksi), serta respon pasien terhadap prosedur.

C. PEMBERIAN SUPPOSITORIA
            Beberapa cathartice diberikan dalam bentuk suppositoria ini bekerja dalam beberapa cara dengan menstimulasi ujung saraf di muosa rektal. Suppositoria seharusnya dimasukkan melalui spincker analditenus.

Untuk dewasa suppositoria dimasukkan sekitar 7,5 – 10cm ( 3 – 4 inch ), klien diinstruksikan untuk bernapas melalui mulut, karena pernafasan mulut dapat  merelaksaaikan spinckeranal. Untuk lebih efektif suppositoria harus ditempatkan sepanjang dinding rektum. Secepatnya setelah memasukkan obat suppositoria, pearawat membantu menekan pinggang klien supaya obat tidak keluar.

            Buka sarung tangan, dibalikkan, kemudian dicuci dengan air dan sabun. Secara umum suppositoria efektif.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

1.      Enema / Huknah adalah memasukkan cairan sabun yang hangat melaui anus rektum sampai kedalam kolon desenden dan asenden. Fungsinya adalah untuk mengeluarkan feses dan flatus.
2.       Huknah dapat diklasifikasikan ke dalam empat golongan menurut cara kerjanya : cleansing ( membersihkan ), carminative ( untuk mengobati flakulance ), retensi ( menahan ), dan mengembalikan aliran. Dua jenis dari cleaning anema adalah high enema ( huknah tinggi ) dan low enema ( huknah rendah ).
3.      Pemberian gliserin dilakukan dengan memasukkan cairan gliserin kedalam poros usus dengan menggunakan spuit gliserin
4.      Pemberian suppositoria bekerja dalam beberapa cara dengan menstimulasi ujung saraf di muosa rektal.


B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis sangat yakin masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian guna dan tujuan untuk memperbaiki kesalahan dan menutupi kekurangan. Atas partisipasinya ribuan terima kasih kami hanturkan.







DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz Alimul Hidayat,S.Kp, Musrifatul Uliyah, S.Kp.Kebutuhan Dasar Manusia.2002.Jakarta
Puruhito.1995,Dasar-Dasar Pemberian Cairan dan Elektrolit Pada Kasus-Kasus Bedah. Airlangga Univercity Press: Surabaya.