Powered By Blogger

Rabu, 10 Oktober 2012

kateter kandung kemih


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Melakukan Asuhan Keperawatan (Askep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. berlaku. Metode perawatan yang baik dan benar merupakan salah satu aspek yang Seorang perawat Profesional di dorong untuk dapat memberikan Pelayanan Kesehatan seoptimal mungkin, memberikan informasi secara benar dengan memperhatikan aspek legal etik yang dapat menentukan kualitas “asuhan keperawatan” (askep) yang diberikan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan brand kita sebagai perawat profesional. Pemberian Asuhan keperawatan pada tingkat anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia hingga bagaimana kita menerapkan manajemen asuhan keperawatan secara tepat dan ilmiah diharapkan mampu meningkatkan kompetensi perawat khususnya di indonesia.
1.2  Tujuan
1.2.1        Tujuan Umum
Agar mahasiswa bisa memahami dan mengetahui bagaimana tata cara “pemasangan Kateter Kandung kemih, Asuhan keperawatan Protap kondom Kateter, Protap Penggunaan Urinal, dan Penggunaan Pispot pada Klien.
1.2.2        Tujuan Khusus
1.      Agar mahasiswa mampu memahami tentang pemasangan kateter kandung kemih.
2.      Agar mahasiswa bisa mengetahui tentang asuhan keperawatan protap kondom kateter.
3.      Agar mahasiswa bisa mengetahui tentang asuhan keperawatan protap penggunaan urinal.
4.      Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan dalam penggunaan pispot pasa klien. 
           





BAB II
TINDAKAN KEPERAWATAN
                                                                                         

A. Prosedur Pemasangan Kateter Kandung Kemih
       .1 Definisi                                              
a)       Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan
b)       Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silikon
c)       Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal
d)       Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.
2. Tujuan
a)      Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
b)      Untuk pengumpulan spesimen urine
c)      Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
d)     Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan

3. Prosedur
SARANA DAN PERSIAPAN
A.    Alat
B.      Tromol steril berisi
C.      Gass steril
D.     Deppers steril

4. Pelaksanaan
1. Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim
2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
3. Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya
4. Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita
5. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine
6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :
a)      Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan . desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
b)      Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas ( clitoris ), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.
7. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethraberbelit-belit.
8. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk menarik nafas dalam.
a)      Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
b)      Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik nafas dalam . kaji kelancaran pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
9. Mengambil spesimen urine kalau perlu
10.Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai
11.Memfiksasi kateter :
Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha
12.Menempatkan urobag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih


13.Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi :
a)      Hari tanggal dan jam pemasangan kateter
b)      Tipe dan ukuran kateter yang digunakan
c)      Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan
d)     Nama terang dan tanda tangan pemasang
B. Prosedur Tetap Pemasangan Kondom Kateter
     1. Definisi kondom-kateter
Alat drainase urine eksternal yang mudah digunakan dan aman untuk mengalirkan urine pada klien

    2. Tujuan
a. Mengumpulkan urine dan mengontrol urine inkontinen
b. Klien dapat melakukan aktifitas fisik tanpa harus merasa malu karena adanya kebocoran urine (ngompol)

c. Mencegah iritasi pada kulit akibat urine inkontinen
 
  3. Persiapan
a. Persiapan klien
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Memperkenalkan diri.
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya.
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi.
7) Privasi klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b. Persiapan alat
1) Selaput kondom kateter
2) Strip elastic
3) Kantung penampung urine dengan selang drainase
4) Baskom dengan air hangat dan sabun
5) Handuk dan waslap
6) Selimut mandi
7) Sarung tangan
8) Gunting



     4. Prosedur
a. Cuci tangan
b. Tutup pintu atau tirai samping tempat tidur           
c. Jelaskan prosedur pada klien
d. Gunakan sarung tangan
e. Bantu klien pada posisi terlentang. Letakkan selimut diatas bagian tubuh bagian atas dan tutup ekstremitas bawahnya dengan selimut mandi sehingga hanya genitalia yang terpajan
f. Bersihkan genitalia dengan sabun dan air, keringkan secara menyeluruh
g. Siapkan drainase kantong urine dengan menggantungkannya ke rangka tempat tidur.
h. Dengan tangan non dominan genggam penis klien dengan kuat sepanjang batangnya. Dengan tangan dominan, pegang kantung kondom pada ujung penis dan dengan perlahan pasangkan pada ujung penis
i. Sisakan 2,5 sampai 5 cm ruang antara glands penis dan ujung kondom
j. Lilitkan batang penis dengan perekat elastic.
k. Hubungkan selang drainase pada ujung kondom kateter
l. Posisikan klien pada posisi yang aman
m. Pasien dirapihkan kembali
n. Alat dirapihkan kembali
o. Mencuci tangan
p. Melaksanakan dokumentasi :
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien.
2) Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien.

C. Prosedur Tetap Penggunaan Urinal
   1 Definisi Prontap Urinal
Membantu klien laki-laki yang hendak buang air kecil
   .2 Tujuan
1. Membantu klien dalam upaya memenuhi kebutuhan eliminasi
2. Mengurangi pergerakan klien
3. Mengetahui adanya kelainan urine secara langsung
   .3 Persiapan
a. Persiapan klien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privasi klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b. Persiapan alat
1) Sarung tangan steril
2) Urinal
3) Perlak dan pengalas
4) Air dalam botol
   4 Prosedur
a. Pintu ditutup/pasang sampiran
b. Petugas mencuci tangan, pasang sarung tangan bersih
c. Pasang perlak dan pengalas
d. Pakaian bagian bawah klien ditanggalkan, jika perlu perawat membantu
e. Dengan tangan kiri petugas memasukkan penis kedalam mulut urinal dan klien dianjurkan berkemih
f. Klien dirapihkan kembali
g. Alat dirapikan kembali
h. Mencuci tangan
i. Melaksanakan dokumentasi :
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien.
2) Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama petugas yang melakukan dan tanda
tangan/paraf pada lembar catatan klien.
D. Penggunaan Pispot Pada Klien
  1 Definisi Pispot Pada Klien
Membantu pasien yang hendak buang air besar dan atau buang air kecil (wanita) di atas tempat tidur
   2 Tujuan Menggunakan Pispot
a. Membantu pasien dalam upaya memenuhi kebutuhan eliminasi
b. Mengurangi pergerakan pasien
c. Mengetahui adanya kelainan feces maupun urine secara visual
   .3 Persiapan
a. Persiapan pasien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privasi klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b. Persiapan alat
1) Pispot
2) Air dalam botol
3) Kapas cebok/toilet tissue dalam tempatnya
4) Sarung tangan bersih, masker dan celemek
5) Bengkok
6) Selimut/kain penutup
7) Perlak dan alasnya
8) Sampiran
9) Bel bila tersedia

     4. Prosedur Menggunakan Pispot
a. Pintu ditutup atau pasang sampiran
b. Pasang perlak dan alasnya
c. Cuci tangan, pasang celemek, masker, sarung tangan bersih dan berdiri disisi klien
d. Pakaian bagian bawah klien ditanggalkan kemudian bagian badan yang terbuka ditutup dengan selimut atau kain penutup yang tersedia
e. Klien dianjurkan menekuk lututnya dan mengangkat bokong (jika perlu dibantu oleh perawat lain)
f. Pispot diatur sampai terletak dibawah bokong klien, jika klien tidak dapat melakukannya sendiri, perawat membantu dengan mengangkat bokong klien menggunakan tangan kanan dan tangan kiri mengatur pispot sampai terpasang tepat dan nyaman
g. Bila klien sudah selesai, kakinya direnggangkan dan selimut dibuka. Anus dan daerah genitalia dibersihkan dengan kapas cebok (tangan kanan menyiram dan tangan kiri membersihkan). Kapas cebok dibuang kedalam pispot. Angkat pispot dan tutup kembali
h. Bila klien ingin membersihkan sendiri, perawat membantu menyiramkan air
i. Keringkan bokong klien dengan pengalas
j. Klien dirapihkan
k. Alat dirapihkan
l. Pintu dan sampiran dibuka
n. Hasil Evaluasi
1. Pasien tidak merasa lelah dengan pergerakan yang minimal
2. Pasien merasa nyaman
o. Melaksanakan dokumentasi :
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien.
2) Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien.
REKOMENTASI
Gambar protap pemasanga kondom kateter

Gambar protap penggunaan urinal                                 


Gambar pispot pasa klien







BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Dari hasil pembuatan makalah ini maka, kami dapat menyimpulkan bahwa Seorang perawat Profesional di dorong untuk dapat memberikan Pelayanan Kesehatan seoptimal mungkin, memberikan informasi secara benar dengan memperhatikan aspek legal etik yang dapat menentukan kualitas “asuhan keperawatan” (askep) yang diberikan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan brand kita sebagai perawat profesional. Pemberian Asuhan keperawatan pada tingkat anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia hingga bagaimana kita menerapkan manajemen asuhan keperawatan secara tepat dan ilmiah diharapkan mampu meningkatkan kompetensi perawat khususnya di indonesia.
3.1.2 Saran
Kami mengharapkan pada teman-teman yang nantinya akan menjadi seorang perawan layaknya harus melayanin masyarakat dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

  • Gardjito Widjoseno, 1994, Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD, Urologi, Surabaya.
  • Senoputra Adrian (21:36), Prosedur Protap Keperawatan.



           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar