Powered By Blogger

Rabu, 10 Oktober 2012

kateter kandung kemih


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Melakukan Asuhan Keperawatan (Askep) merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di berbagai rumah sakit berbeda-beda. berlaku. Metode perawatan yang baik dan benar merupakan salah satu aspek yang Seorang perawat Profesional di dorong untuk dapat memberikan Pelayanan Kesehatan seoptimal mungkin, memberikan informasi secara benar dengan memperhatikan aspek legal etik yang dapat menentukan kualitas “asuhan keperawatan” (askep) yang diberikan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan brand kita sebagai perawat profesional. Pemberian Asuhan keperawatan pada tingkat anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia hingga bagaimana kita menerapkan manajemen asuhan keperawatan secara tepat dan ilmiah diharapkan mampu meningkatkan kompetensi perawat khususnya di indonesia.
1.2  Tujuan
1.2.1        Tujuan Umum
Agar mahasiswa bisa memahami dan mengetahui bagaimana tata cara “pemasangan Kateter Kandung kemih, Asuhan keperawatan Protap kondom Kateter, Protap Penggunaan Urinal, dan Penggunaan Pispot pada Klien.
1.2.2        Tujuan Khusus
1.      Agar mahasiswa mampu memahami tentang pemasangan kateter kandung kemih.
2.      Agar mahasiswa bisa mengetahui tentang asuhan keperawatan protap kondom kateter.
3.      Agar mahasiswa bisa mengetahui tentang asuhan keperawatan protap penggunaan urinal.
4.      Agar mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan dalam penggunaan pispot pasa klien. 
           





BAB II
TINDAKAN KEPERAWATAN
                                                                                         

A. Prosedur Pemasangan Kateter Kandung Kemih
       .1 Definisi                                              
a)       Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan
b)       Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silikon
c)       Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal
d)       Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.
2. Tujuan
a)      Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih
b)      Untuk pengumpulan spesimen urine
c)      Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih
d)     Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan

3. Prosedur
SARANA DAN PERSIAPAN
A.    Alat
B.      Tromol steril berisi
C.      Gass steril
D.     Deppers steril

4. Pelaksanaan
1. Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim
2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik
3. Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya
4. Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita
5. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine
6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :
a)      Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan . desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril.
b)      Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas ( clitoris ), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus urethra.
7. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita laki-laki gunakan jelly dalam jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethraberbelit-belit.
8. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk menarik nafas dalam.
a)      Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang kateter dan memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
b)      Untuk penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora sedang tangan kanan memasukkan kateter pelan-pelan dengan disertai penderita menarik nafas dalam . kaji kelancaran pemasukan kateter, jik ada hambatan kateterisasi dihentikan. Menaruh nierbecken di bawah pangkal kateter sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 18 – 23 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.
9. Mengambil spesimen urine kalau perlu
10.Mengembangkan balon kateter dengan aquadest steril sesuai volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai
11.Memfiksasi kateter :
Pada penderita laki-laki kateter difiksasi dengan plester pada abdomen
Pada penderita wanita kateter difiksasi dengan plester pada pangkal paha
12.Menempatkan urobag ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih


13.Melaporkan pelaksanaan dan hasil tertulis pada status penderita yang meliputi :
a)      Hari tanggal dan jam pemasangan kateter
b)      Tipe dan ukuran kateter yang digunakan
c)      Jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan lain yang ditemukan
d)     Nama terang dan tanda tangan pemasang
B. Prosedur Tetap Pemasangan Kondom Kateter
     1. Definisi kondom-kateter
Alat drainase urine eksternal yang mudah digunakan dan aman untuk mengalirkan urine pada klien

    2. Tujuan
a. Mengumpulkan urine dan mengontrol urine inkontinen
b. Klien dapat melakukan aktifitas fisik tanpa harus merasa malu karena adanya kebocoran urine (ngompol)

c. Mencegah iritasi pada kulit akibat urine inkontinen
 
  3. Persiapan
a. Persiapan klien
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Memperkenalkan diri.
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya.
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi.
7) Privasi klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b. Persiapan alat
1) Selaput kondom kateter
2) Strip elastic
3) Kantung penampung urine dengan selang drainase
4) Baskom dengan air hangat dan sabun
5) Handuk dan waslap
6) Selimut mandi
7) Sarung tangan
8) Gunting



     4. Prosedur
a. Cuci tangan
b. Tutup pintu atau tirai samping tempat tidur           
c. Jelaskan prosedur pada klien
d. Gunakan sarung tangan
e. Bantu klien pada posisi terlentang. Letakkan selimut diatas bagian tubuh bagian atas dan tutup ekstremitas bawahnya dengan selimut mandi sehingga hanya genitalia yang terpajan
f. Bersihkan genitalia dengan sabun dan air, keringkan secara menyeluruh
g. Siapkan drainase kantong urine dengan menggantungkannya ke rangka tempat tidur.
h. Dengan tangan non dominan genggam penis klien dengan kuat sepanjang batangnya. Dengan tangan dominan, pegang kantung kondom pada ujung penis dan dengan perlahan pasangkan pada ujung penis
i. Sisakan 2,5 sampai 5 cm ruang antara glands penis dan ujung kondom
j. Lilitkan batang penis dengan perekat elastic.
k. Hubungkan selang drainase pada ujung kondom kateter
l. Posisikan klien pada posisi yang aman
m. Pasien dirapihkan kembali
n. Alat dirapihkan kembali
o. Mencuci tangan
p. Melaksanakan dokumentasi :
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien.
2) Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien.

C. Prosedur Tetap Penggunaan Urinal
   1 Definisi Prontap Urinal
Membantu klien laki-laki yang hendak buang air kecil
   .2 Tujuan
1. Membantu klien dalam upaya memenuhi kebutuhan eliminasi
2. Mengurangi pergerakan klien
3. Mengetahui adanya kelainan urine secara langsung
   .3 Persiapan
a. Persiapan klien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privasi klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b. Persiapan alat
1) Sarung tangan steril
2) Urinal
3) Perlak dan pengalas
4) Air dalam botol
   4 Prosedur
a. Pintu ditutup/pasang sampiran
b. Petugas mencuci tangan, pasang sarung tangan bersih
c. Pasang perlak dan pengalas
d. Pakaian bagian bawah klien ditanggalkan, jika perlu perawat membantu
e. Dengan tangan kiri petugas memasukkan penis kedalam mulut urinal dan klien dianjurkan berkemih
f. Klien dirapihkan kembali
g. Alat dirapikan kembali
h. Mencuci tangan
i. Melaksanakan dokumentasi :
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien.
2) Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama petugas yang melakukan dan tanda
tangan/paraf pada lembar catatan klien.
D. Penggunaan Pispot Pada Klien
  1 Definisi Pispot Pada Klien
Membantu pasien yang hendak buang air besar dan atau buang air kecil (wanita) di atas tempat tidur
   2 Tujuan Menggunakan Pispot
a. Membantu pasien dalam upaya memenuhi kebutuhan eliminasi
b. Mengurangi pergerakan pasien
c. Mengetahui adanya kelainan feces maupun urine secara visual
   .3 Persiapan
a. Persiapan pasien
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
7) Privasi klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b. Persiapan alat
1) Pispot
2) Air dalam botol
3) Kapas cebok/toilet tissue dalam tempatnya
4) Sarung tangan bersih, masker dan celemek
5) Bengkok
6) Selimut/kain penutup
7) Perlak dan alasnya
8) Sampiran
9) Bel bila tersedia

     4. Prosedur Menggunakan Pispot
a. Pintu ditutup atau pasang sampiran
b. Pasang perlak dan alasnya
c. Cuci tangan, pasang celemek, masker, sarung tangan bersih dan berdiri disisi klien
d. Pakaian bagian bawah klien ditanggalkan kemudian bagian badan yang terbuka ditutup dengan selimut atau kain penutup yang tersedia
e. Klien dianjurkan menekuk lututnya dan mengangkat bokong (jika perlu dibantu oleh perawat lain)
f. Pispot diatur sampai terletak dibawah bokong klien, jika klien tidak dapat melakukannya sendiri, perawat membantu dengan mengangkat bokong klien menggunakan tangan kanan dan tangan kiri mengatur pispot sampai terpasang tepat dan nyaman
g. Bila klien sudah selesai, kakinya direnggangkan dan selimut dibuka. Anus dan daerah genitalia dibersihkan dengan kapas cebok (tangan kanan menyiram dan tangan kiri membersihkan). Kapas cebok dibuang kedalam pispot. Angkat pispot dan tutup kembali
h. Bila klien ingin membersihkan sendiri, perawat membantu menyiramkan air
i. Keringkan bokong klien dengan pengalas
j. Klien dirapihkan
k. Alat dirapihkan
l. Pintu dan sampiran dibuka
n. Hasil Evaluasi
1. Pasien tidak merasa lelah dengan pergerakan yang minimal
2. Pasien merasa nyaman
o. Melaksanakan dokumentasi :
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon klien pada lembar catatan klien.
2) Catat tanggal dan jam melakukan tindakan dan nama perawat yang melakukan dan tanda tangan/paraf pada lembar catatan klien.
REKOMENTASI
Gambar protap pemasanga kondom kateter

Gambar protap penggunaan urinal                                 


Gambar pispot pasa klien







BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Dari hasil pembuatan makalah ini maka, kami dapat menyimpulkan bahwa Seorang perawat Profesional di dorong untuk dapat memberikan Pelayanan Kesehatan seoptimal mungkin, memberikan informasi secara benar dengan memperhatikan aspek legal etik yang dapat menentukan kualitas “asuhan keperawatan” (askep) yang diberikan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan brand kita sebagai perawat profesional. Pemberian Asuhan keperawatan pada tingkat anak, remaja, dewasa, hingga lanjut usia hingga bagaimana kita menerapkan manajemen asuhan keperawatan secara tepat dan ilmiah diharapkan mampu meningkatkan kompetensi perawat khususnya di indonesia.
3.1.2 Saran
Kami mengharapkan pada teman-teman yang nantinya akan menjadi seorang perawan layaknya harus melayanin masyarakat dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

  • Gardjito Widjoseno, 1994, Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD, Urologi, Surabaya.
  • Senoputra Adrian (21:36), Prosedur Protap Keperawatan.



           

pemberian obat oral


BAB I
PENDAHULUAN


  1. Latar Belakang
Dalam hal ini perawat harus mampu memahami dan mengerti tentang bagaimana cara membantu pasien dalam pemberian obat oral,injeksi,dan distraksi relaksasi untuk menunjang stastus kesehatan pasien.dan salah satu yugas perawat adalah memberikan obat kepada klien.obat merupkan alat utama dalam mengobati klien yqang memiliki masalah walaupun menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya.
Seorang perawat juga nemilki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang di timbulkan oleh obat dengan tepat, memantu respon klien dan membantu klien menggunakan dengan benar dan berdasarkan pengatahuan.

  1. Tujuan
Tujuan adanya makalah ni adalah agar mahasiswa/mahasiswi kesehatan mampu untuk :
1.      Mengerti pengertiandan tujuan di berikan obat oral,injeksi.distraksi dan relaksasi
2.      Menjelaskan persiapan alat dalam melakukan tindakan
3.      Dapat melaksanakan prosedur dari tindakan pemberian obat oral ,injeksi,dan distraksi relaksasi


BAB II
PEMBAHASAN


A.PEMBERIAN OBAT ORAL
Obat oral merupakan salah satu bentuk obat padat. Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan program pengobatan dari dokter. Pada umumnya cara ini lebih disukai karena paling murah dan paling nyaman untuk diberikan.
Bentuk oral ini adalah bentuk tablet, kapsul dan lozenges (obat isap).
  1. 1.    Bentuk tablet
Bentuk tablet berupa padat biasa, tablet sublingual (dilarutkan di bawah lidah), tablet bukal (di larutkan antara pipi dan gusi), tablet bersalut-gula (menutupi bau atau rasa tidak enak), tablet bersalut-enterik (untuk mencegah larut dalam lambung dan sampai di usus halus baru pecah)
  1. 2.    Kapsul
Kapsul menganung obat berupa bubuk, butiran bersalut dengan ketebalan berbeda agar larut dengan kecepatan berbeda, yaitu kapsul keras atau cairan dalam kapsul lunak.

  1. 3.    Lozenges (obat hisap)
Obat padat ini akan larut secara berangsur dalam mulut. Mereka berguna bila diperlukan kerja setempat dimulut atau tenggorokan.
Yang harus diperhatikan :
  1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui indikasi pemberian obat, dan efek samping obat.
  2. Menerapkan prinsip 6 benar dalam pemberian obat.
  3. Dalam pemberian obat oral harus diperhatikan jenis obatnya. Pemberian obat secara sublingual dilakukan dengan cara meletakkan obat di bawah lidah dan menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum/berbicara selama obat belum larut seluruhnya. Dalam pemberian obat kumur pasien disarankan untuk berkumur dengan obat yang telah ditentukan, siapkan pula wadah untuk membuang cairan kumur. Dalam pemberian obat salep untuk lesi di mulut, dilakukan sebelum atau setelah pasien makan dan minum, sehingga pemberian obat efektif.
  4. Perawat harus memastikan bahwa pasien betul-betul meminum obatnya. Bila ada penolakan dari pasien untuk makan obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan serta memotivasinya. Bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah dilakukan informed consent, maka pasien atau keluarga yang bertanggung jawab, menandatangani surat penolakan..
  • Pemberian Obat Oral
-  Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. siapkan sejumlah obat yang sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan teknik aseptic untuk menjaga kebersihan obat).
  1. Tablet atau kapsul
  •  Tuangkan tablet atau kapsul dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk sekali pakai tanpa menyentuh obat.
  •  Gunakan alat pemotong tablet (jika perlu) untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang diperlukan. Buang bagian tablet yang tidak digunakan atau sesuai dengan kebijakan institusi masing-masing.
  •  Jika klien mengalami kesulitan untuk menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan martil dan lumping penggerus. Setelah itu, campurkan dengan menggunakan air atau makanan.
  1. Obat dalam bentuk cair
  •  Putar/bolak-balik obat agar tercampur rata sebelum dituangkan.
  •  Buka penutup botol dan letakkan menghadap ke atas.
  •  Pegang botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada telapak tangan Anda kemudian tuangkan obat jauh dari label.
  •  Tuangkan obat dengan takaran sesuai kebutuhan ke dalam mangkuk obat berskala.
  •  Sebelum menutup botol, usap bagian bibir botol dengan kertas tisu.
  •  Jika jumlah obat yang diberikan hanya sedikit (kurang dari 5 ml), gunakan spuit steril tanpa jarum untuk mengambilnya dari botol.
B.INJEKSI
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Pemberian injeksi merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril.

a.Peralatan
Alat yang digunakan untuk injeksi terdiri dari spuit dan jarum. Ada berbagai spuit dan jarum yang tersedia dan masing-masing di desain untuk menyalurkan volume obat tertentu ke tipe jaringan tertentu. Perawat berlatih memberi penilaian ketika menentukan spuit dab jarum mana yang paling efektif.  
  1. a.         Spuit
Spuit terdiri dari tabung (barrel) berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip) di desain tepat berpasangan dengan jarum hypodermis dan alat pengisap (plunger) yang tepat menempati rongga spuit. Spuit, secara umum, diklasifikasikan sebagai Luer –lok atau nonLuer-lok. Nomenklatur ini didasarkan pada desain ujung spuit.
Adapun  tipe-tipe spuit yaitu:
a) Spuit Luer-lok yang ditandai dengan 0,1 persepuluh
b) Spuit tuberkulin yang ditandai dengan 0,01 (seperseratus) untuk dosis kurang dari 1 ml
c)  Spuit insulin yang ditandai dalam unit (100)
d) Spuit insulin yang ditandai dengan unit (50)
Spuit terdiri dari berbagai ukuran, dari 0,5 sampai 60 ml. Tidak lazim menggunakan spuit berukuran lebih besar dari 5 ml untuk injeksi SC atau IM. Volume spuit yang lebih besar akan menimbulkan rasa ynag tidak nyaman. Spuit yang lebih besar disiapkan untuk injeksi IV.
Perawat mengisi spuit dengan melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar sementara ujung jarum tetap terendam dalam larutan yang disediakan. Perawat dapat memegang bagian luar badan spuit dan pegangan pengisap. Untuk mempertahankan sterilitas, perawat menghindari objek yang tidak steril menyentuh ujung spuit atau bagian dalam tabung, hub, badan pengisap, atau jarum.
  1. b.          Jarum
Supaya individu fleksibel dalam memilih jarum yang tepat, jarum dibingkus secara individual. Beberapa jarum tidak dipasang pada spuit ukuran standar. Klebanyakan jarum terbuat sari stainless steel dan hanya digunakan satu kali.
Jarum memiliki tiga bagian: hub, yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit; batang jarum (shaft), yang terhubung dengan bagian pusat; dan bevel, yakni bagian ujung yang miring.
Setiap jarum memiliki tiga karakteristik utama: kemiringan bevel, panjang batang jarum, dan ukuran atau diameter jarum. Bevel yang panjang dan lebih tajam, sehingga meminimalkan rasa ridak nyaman akibat injeksi SC dan IM. Panjang jarum bervariasi dari ¼ sampai 5 inci. Perawat memilih panjang jarum berdasarkan ukuran dan berat klien serta tipe jaringan tubuh yang akan diinjeksi obat.
Semakin kecil ukuran jarum, semakin besar ukuran diameternya. Seleksi ukuran jarum bergantung pada viskositas cairan yang akan disuntikkan atau diinfuskan.

b.Proses injeksi
Memberikan injeksi merupaka prosedur invasif yang harus dilakukandengan menggunakan teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi. Perawat memberi obat secara parenteral melalui rute SC, IM, IC, dan IV. Setiap tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang diberikan secara parenteral dapat berkembang dengan cepat, bergantung pada kecepatan absorbsi obat. Perawat mengobservasi respons klien dengan ketat.
Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik jaringan mempengaruhi absorbsi obat dan awitan kerja obat. Sebelum menyuntikkan sebuah obat, perawat harus mengetahui volume obat yang diberikan, karaktersitik dan viskositas obat, dan lokasi struktur anatomi tubuh yang berada di bawah tempat injeksi.
Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan secara tepat. Kegagalan dalam memilih tempat unjeksi yang tepat, sehubungan dengan penanda anatomis tubuh, dapat menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau tulang selama insersi jarum. Apabila perawat gagal mengaspirasi spuit sebelum menginjeksi sebiah obat, obat dapat tanpa sengaja langsung di injkesi ke dalam arteri atau vena. Menginjeksi obat dalam volume yang terlalu besar di tempat yang dipilih dapat menimbulkan nyeri hebat dan dapat mengakibatkan jaringan setempat rusak.
Banyak klien, khususnya anak-anak takut terhadap injeksi. Klien yang menderita penyakit serius atau kronik seringkali diberi banyak injeksi setiap hari. Perawat dapat berupaya meminimalkan rasa nyeri  atau tidak nyaman dengan cara:
a)   Gunakan jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta ukurannya paling kecil, tetapi sesuai.
b)   Beri klien posisi yang nyaman untuk mengurangi ketegangan otot
c)   Pilih tempat injkesi yang tepat dengan menggunakan penanda aanatomis tubuh
d)   Kompres dengan es tempat injeksi untuk menciptakan anastesia lokal sebelum jarum diinsersi
e)   Alihkan perhatian klien dari injeksi dengan mengajak klien bercakap-cakap
f)   Insersi jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan menarik jaringan
g)  Pegang spuit dengan mantap selama jarum berada dalam jaringan
h)  Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik, kecuali dikontraindikasikan





c.Hal-hal yang diperhatikan dalam melakukan injeksi

Pemberian obat secara injeksi dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka kita harus memperhatikan beberapa hal berikut ini :
a)      Jenis spuit dan jarum yang digunakan
b)      Jenis dan dosis obat yang diinjeksikan
c)      Tempat injeksi
d)      Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi
e)      Kondisi/penyakit klien

d.Macam-macam injeksi
Pemberian obat secara parenteral (harfiah berarti “di luar usus”) biasanya dipilih bila diinginkan efek yang cepat, kuat, dan lengkap atau obat untuk obat yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormone), atau tidak direarbsorbsi usus (streptomisin), begitupula pada pasien yang tidak sadar atau tidak mau bekerja sama. Keberatannya adalah lebih mahal dan nyeri, sukar digunakan oleh pasien sendiri. Selain itu, adapula bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat.

1.  INJEKSI INTRAMUSKULAR (IM)
Injeksi intra muscular adalah injeksi yang dilakukan pada jaringan otot. Rute intramuscular (IM) memungkinkan absorpsi obat yang lebih cepat daripada rute SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam, tetapi bila tidak hati-hati, ada risiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah. Perawat menggunakan jarum berukuran lebih panjang dan lebih besar untuk melewati jaringan SC dan mempenetrasi jaringan otot. Bagaimanapun, berat badan mempengaruhi pemilihan ukuran jarum. Misalnya, seorang klien dengan berat badan 45 kg mungkin hanya memerlukan jarum dengan panjang 11/4 sampai 11/2 inci, sedangkan anak yang berat badannya 22,5 kg biasanya memerlukan jarum berukuran 1 inci. Sudut insersi untuk injeksi IM adalah 90o. Otot kurang sensitif terhadap obat yang mengiritasi dan kental. Seorang klien perkembangan baik dan normal dapat menoleransi sejumlah kecil obat tanpa rasa tidak nyaman yang berat pada otot. Anak-anak, dewasa lanjut, dan klien yang kurus menoleransi kuran dari  2 ml obat. Wong (1995) menganjurkan untuk tidak memberi obat-obatan lebih dari 1 ml kepada anak kecil dan bayi yang sudah besar.
Perawat mengkaji integritas otot sebelum memberikan injeksi. Otot harus bebas dari nyeri tekan. Injeksi berulang di otot yang sama menyebabkan timbulnya rasa tidak nyaman yang berat. Dengan meminta klien untuk rileks perawat dapat mempalpasi otot untuk menyingkirkan kemungkinan adanya lesi yang mengeras. Umumnya, otot teraba lunak saat rileks dan padat saat kontraksi. Perawat dapat meminimalkan rasa tidak nyaman selama injeksi dengan membantunya mengambil posisi yang dapat mengurangi ketegangan otot.
Tempat injeksi IM yaitu:
1.  Otot Vastus Lateralis
             Otot vastus lateraluis yang tebal dan berkembang baik adalah tempat injeksi yang dipilih untuk dewasa, anak-anak, dan bayi.
2.  Otot Ventrogluteal
3.  Otot Dorsogluteus
            Otot dorsogluteus merupakan tempat yang biasa digunakan untuk injeksi IM. Pada klien yang jaringannya kendur, tempat injeksi sulit ditemukan. Daerah dorsogluteus berada di bagian atas luar kuadran atas luar bokong, kira-kira 5-8 cm di bawah Krista iliaka. Perawat dapat menggunakan injeksi dorsogluteus pada orang dewasa dan anak-anak (sekurang-kurangnya berusia 3 tahun) yang otot gluteusnya sudah berkembang.
4.  Otot Deltoid
            Pada beberapa orang dewasa, bayi dan kebanyakan anak, otot deltoid belum berkembang baik. Perawat jarang menggunakan daerah deltoideus, kecuali tempat injeksi lain tidak dapat di akses karena ada balutan, gips, atau obstruksi lain. Tempat injeksi terletak tiga jari di bawah prosesus akromion.



2.  INJEKSI INTRAVENA (IV)
Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi i.v sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya.

3.     INJEKSI SUBKUTAN (SC)
Injeksi subkutan (SC) dilakukan dengan menempatkan obat ke dalam jaringan ikat longgar di bawah dermis. Karena jaringan SC tidak dialiri darah sebanyak darah yang mengaliri otot, absorpsi di jaringan subkutan sedikit lebih lambat daripada absorpsi pada injeksi IM. Namun, obat diabsorpsi secara lengkap jika status sirkulasi normal. Karena jaringan subkutan tersusun atas reseptor nyeri, klien dapat mengalami rasa tidak nyaman.
Tempat terbaik untuk injeksi subkutan meliputi area vaskular di sekitar bagian luar lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta sampai Krista iliaka, dan bagian anterior paha. Area ini dapat dengan mudah diakses, khususnya pada klien diabetes yang melakukan injeksi insulin secara mandiri. Tempat yang paling direkomendasikan untuk injeksi heparin ialah abdomen. Tempat yang lain meliputi daerah skapula di punggung atas dan daerah ventral atas atau gluteus dorsal. Tempat injeksi yang dipilih harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, dan otot atau saraf besar di bawahnya. Klien penderita diabetes secara teratur merotasi tempat injeksi setiap hari untuk mencegah hipertrofi (penebalan) kulit dan lipodistrofi (atrofi jaringan). Tempat injeksi tidak boleh digunakan lebih dari setiap enam-tujuh minggu.
Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis kecil yang larut dalam air (0.5-1 ml). Jaringan SC sensitif terhadap larutan yang mengiritasi dan obat dalam volume besar. Kumpulan obat dalam jaringan dapat menimbulkan abses steril yang tampak seperti gumpalan yang mengeras dan nyeri di bawah kulit.
Prinsip injeksi subkutan :
  • bukan pada area yang nyeri, merah, dan pruritis tau edema
  • area kulit yang akan diinjeksi diregangkan
  • sudut 45°
  • aspirasi tidak boleh ada darah

4.     INJEKSI INTRAKUTAN (IC) 
Memasukan obat kedalam jaringan kulit, intracutan biasa digunakan untuk mengetahui sensitivitas tubuh terhadap obat yang disuntikan.



PROSEDUR TINDAKAN INJEKSI
  1. Perawat cuci tangan.
  2. Cek program obat.
  3. Siapkan dosis yang tepat dari ampul atau vial. Pastikan semua udara dikeluarkan. (untuk obat IM yang khususnya mengiritasi jaringan, isap 0.2 ml udara ke dalam spuit, hati-hati agar dosis obat tidak keluar.
  4. Untuk injeksi IM, ganti jarum jika obat mengiritasi jaringan SC.
  5. Kenakan sarung tangan sekali pakai.
  6. Identifikasi klien dan memberikan penjelasan kepada klien tentang prosedur yang akan dilakukan.
  7. Tutup gorden atau pintu kamar.
  8. Pertahankan selimut atau gaun yang membungkus bagian tubuh yang tidak perlu dipajankan.
  9. Pilih tempat injeksi yang tepat. Inpeksi adanya memar, peradangan, atau edema di permukaan kulit tempat injeksi :
  •  Injeksi Intramuskular (IM) : 1/3 lateral garis sias coccygis pada panggul, paha atau pangkal lengan/deltoid.
  •  Injeksi Intravena (IV) : pada lengan (vena basilica dan vena sefalika); pada tungkai (vena safena); pada leher (vena jugularis); pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis).
  •  Injeksi Subkutan (SC) : 1/3 lengan atas bagian luar; Paha anterior; daerah abdomen; area scapula pada punggung atas; daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas.
  •  Injeksi Intrakutan (IC) : lengan bawah bagian dalam; dada bagian atas; punggung di bawah scapula.
  1. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.
  2. Merelokasi tempat injeksi menggunakan penanda anatomi tubuh.
  3. Bersihkan / desinfeksi lokasi injeksi dengan kapas alkohol dengan teknik gerakan sirkuler dari arah dalam ke luar dengan diameter 5 cm atau dari atas ke bawah sekali hapus. Pegang spuit dengan benar di antara ibu jari dan jari telunjuk tangan yang dominan.
  1. Lakukan injeksi:
-       Subcutan (SC) :
1. Untuk klien yang ukuran tubuhnya rata-rata, gunakan tangan tidak dominan untuk meregangkan kulit supaya tegang di tempat injeksi atau pegang jaringan sehingga tercipta suatu gulungan kulit setebal ½ inci.
  1. Injeksi jarum dengan cepat dan mantap pada sudut 45-90o. (kemudian lepas kulit, jika dicubit)
  2. Untuk klien gemuk, cubit kulit di tempat injeksi dan injeksikan jarum di bawah lipatan jaringan.
  3. Pegang bagian ujung bawah badan spuit sampai ujung pengisap dengan tangan tidak dominan. Hindari menggerakkan spuit ketika menarik pengisap secara perlahan ke belakang untuk mengaspirasi obat. Apabila darah terlihat di spuit, lepas jarum, buang obat dan spuit, dan ulangi prosedur. Pengecualian: Jangan mengaspirasi obat saat menginjeksi heparin. Lali injeksi obat secara perlahan-lahaN
-       Intramuskular (IM) :
1. Tempatkan tangan yang tidak dominan pada penanda anatomi yang tepat dan regangkan kulit untuk membuatnya tegang. Injeksikan jarum dengan cepat ke dalam otot pada sudut 90o.
  1. Jika massa otot kecil, cubit badan otot tubuh antara ibu jari dan jari lain.
  2. Apabila obat mengiritasi, gunakan metode Z-track.
  3. Lakukan aspirasi dan injeksi obat secara perlahan-lahan.
-       Intrakutan (IC) :
1. Dengan tangan tidak dominan, reggangkat kulit tempat injeksi dengan jari telunjuk dan ibu jari.
2. Ketika jarum mendekati kulit, dengan perlahan insersi jarum pada sudut 5-15o sampai terasa tahanan. Masukkan terus jarum melalui epidermis sampai kira-kira 3 mm di bawah permukaan kulit.
3.  Injeksikan obat dengan perlahan (adalah normal jika terasa tahanan; jika tidak, jarum masuk terlalu dalam dan harus ditarik).
4. Ketika menginjeksi obat, di tempat injeksi terbentuk lingkaran berwarna terang menyerupai gigitan nyamuk dengan diameter kira-kira 6 mm dan kemudian lenyap. Lalu gambar lingkaran tersebut dengan pensil kulit atau pulpen tinta.
5. Tarik jarum sambil mengusapkan swab alcohol dengan perlahan di atas atau di tempat injeksi.
-    Intravena (IV) :
1. Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2.5 cm di bawah area penusukan dengan tangan nondominan.
2. Pegang jarum pada posisi 30o sejajar vena yang akan ditusuk, lalu tusuk perlahan dan pasti.
3. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena.
4. Lakukan aspirasi dengan tangan nondominan menahan barrel dari spuit dan tangan dominan menarik plunger.
5. Observasi adanya darah pada spuit.
6. Keluarkan jarum dari pembuluh vena dengan sudut yang sama ketika jarum dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alcohol pada area penusukan.
n. Untuk injeksi SC atau IM, beri pijatan ringan pada kulit. Jangan memijat kulit yang baru diinjeksi heparin SC atau insulin. Bila perlu: pasang perban. Untuk injeksi IC, jangan pijat tempat injeksi.
o. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.
p. Buang jarum yang tidak ditutup atau jarum yang dibungkus dalam kantong pengaman dan tempatkan dalam wadah berlabel. Apabila perawat tidak bisa meninggalkan sisi tempat tidur klien, teknik menutup jarum dengan satu tangan dapat dilakukan.
q. Lepas sarung tangan sekali pakai lalu perawat cuci tangan.
r. Dokumentasikan tindakan.

  1. atif, pemberian obat oral dapat melibatkan keluarga.

KEUNTUNGAN INJEKSI
1. Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila diperlukan, yang menjadi pertimbangan utama dalam kondisi klinik seperti gagal jantung, asma, shok.
2. Terapi parenteral diperlukan untuk obat-obat yang tidak efektif secara oral atau yang dapat dirusak oleh saluran pencernaan, seperti insulin, hormon dan antibiotik.
3. Obat-obat untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak sadar harus diberikan secara injeksi.
4. Bila memungkinkan, terapi parenteral memberikan kontrol obat dari ahli karena pasien harus kembali untuk pengobatan selanjutnya. Juga dalam beberapa kasus, pasien tidak dapat menerima obat secara oral.
5. Penggunaan parenteral dapat menghasilkan efek lokal untuk obat bila diinginkan seperti pada gigi dan anestesi.
6. Dalam kasus simana dinginkan aksi obat yang diperpanjang, bentuk parenteral tersedia, termasuk injeksi steroid periode panjang secara intra-artikular dan penggunaan penisilin periode panjang secara i.m.
7.  Terapi parenteral dapat memperbaiki kerusakan serius pada keseimbangan cairan dan elektrolit.
8. Bila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total diharapkan dapat dipenuhi melalui rute parenteral.
9. Aksi obat biasanya lebih cepat.
10. Seluruh dosis obat digunakan.
11.Beberapa obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak aktif ketika diberikan secara oral, dan harus diberikan secara parenteral.
12.Beberapa obat mengiritasi ketika diberikan secara oral, tetapi dapat ditoleransi ketika diberikan secara intravena, misalnya larutan kuat dektrosa.
13.Jika pasien dalam keadaan hidrasi atau shok, pemberian intravena dapat menyelamatkan hidupnya.

KERUGIAN INJEKSI
1. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan pemberian rute lain.
2. Pada pemberian parenteral dibutuhkan ketelitian yang cukup untuk pengerjaan secara aseptik dari beberapa rasa sakit tidak dapat dihindari.
3. Obat yang diberikan secara parenteral menjadi sulit untuk mengembalikan efek fisiologisnya.
4. Yang terakhir, karena pada pemberian dan pengemasan, bentuk sediaan parenteral lebih mahal dibandingkan metode rute yang lain.
5. Beberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak disukai oleh pasien, terutama bila sulit untuk mendapatkan vena yang cocok untuk pemakaian i.v.
6. Dalam beberapa kasus, dokter dan perawat dibutuhkan untuk mengatur dosis.
7. Sekali digunakan, obat dengan segera menuju ke organ targetnya. Jika pasien hipersensitivitas terhadap obat atau overdosis setelah penggunaan, efeknya sulit untuk dikembalikan lagi.
8. Pemberian beberapa bahan melalui kulit membutuhkan perhatian sebab udara atau mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh. Efek sampingnya dapat berupa reaksi phlebitis, pada bagian yang diinjeksikan.

KONTRA INDIKASI
Resiko infeksi dan obat yang mahal. Klien berulang kali disuntik. Rute SC, IM, dihindari pada klien yang cenderung mengalami perdarahan. Resiko kerusakan jaringan pada injeksi SC. Rute IM dan IV berbahaya karena absorbsinya cepat. Rute ini menimbulkan rasa cemas yang cukup besar pada klien , khususnya anak-anak.


C.RELAKSASI DAN DISTRAKSI

A.relaksasi
Ralaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri kronis.latihan pernafasan dan tehnik relaksasi menurunkan konsumsi olsigen,frekwensi pernafasan ,frekwensi jantung,dan ketegangan otot yang menghentikan siklus nyeri ansietas,ketegangan otot.
            Aada tiga hal yang  utama yang di perlukan dalam relaksasi ,yaitu:
  • Posisi yang tepat
  • Pikiran beristirahat,
  • Lingkungan yang tenang
Posisi pasien di atur senyaman mungkin dengan semua bagian tubuh di sokong(misalkan :bantal penyokong leher)pasien menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara perlaha-lahan udara di hrmbuskan sambil membiarkan tubuh menjadi kendor dan merasakan betapa nyaman hal tersebut,pasien bernafas hingga beberapa kali dengan irama normal
            Pasien menarik nafas dalam lagi dan menghembus pelan-pelan dan membiarkkan telapak kaki dan tangan yang kendor.perawat minta pasien untuk konsentrasi pikiran pasien pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
            Pasien engulang langkah yeng ke 4 dan berkonsentrasi pikiran pada lengan ,perut dan otot yang lainya,setelah pasien merasa rilek anjurkan bernafas secara pelan-pelan.bila nyeri menjadi hebat pasien dapat bernafas dangkal dan cepat

Tehnih relaksasiterutama efektif untuk nyeri kronis dan memberikan beberapa keuntungan antara lain:
  • Relaksasi akan menurun kan ansietas
  • Menurunkan nyeri otot.
  • Menolong pasien melupakan nyeri
  • Meningkatkan efektifan terapi nyeri lain
  • Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi akibat nyeri

B.distraksi
Tehnik distraksi adalah mengalihkan perhatia pasien terhadap nyeri ke stimulus yang lainya.tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktifitas retikuler menghambat stimus nyeri.jika seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya stimulus ke otak.
            Peredaan nyeri  secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif individu,banyak nya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dan stimulasi .oleh karena itu.stimulus penglihatan,pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri di bandingkan stimus satu indra saja.

Jenis-jenis distraksi antara lain:
  1. Distraksi visual:melihat perbandingan ,menonton tv,membaca Koran,yang termasuk distraksi visual
  2. Distraksi pendengaran.diantaranya mendengarkan music yang di sukai atau suara burung serta gemercik air.individu di anjurkan memilih music sendiri yang di sukai yang dapat berkonsentrasi atas lirik dan irama lagu.klien juga di perbolehkan untuk mengerakkan tubuh nya .
  3. Distraksi pernfasan.bernafas ritmk,anjurkan klien untuk memandang focus pada satu objek atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan lahan  dengan menghitung  sampai emmpat(dalam hati)anjurkan pasien untuk berkonsentrasi  pada sesasi pernafasan dan terhadap gambar yang member  ketenangan.lanjutkan pernafasan ini dengan hingga terbentuk pola pernafasan ritmik .pernafasan ritmik dan massase ,intruksiikan klien melakukan pernafasan ritmik dan pada saat bersamaan lakukan masase pada bagian tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pejatan atau gerakan memutar di are nyeri.
  4. Distraksi intelektual yaitu dengan melakukan mengisi teka-teki silang ,bermain karty,melakukan kegemaran (di tempat tidur).dan lain nya.

Tahap tahap melakukan disrtaksi dan relaksasi

A.     Tahap Pra Interaksi
1.      Melihat data nyeri yang lalu
2.      Melihat intervensi keperawatan yang telah diberikan oleh perawat
3.      Mengkaji program terapi yang diberikan oleh dokter
B.     Tahap Orientasi
1.      Menyapa dan menyebut nama pasien
2.      Menanyakan cara yang biasa digunakan agar rileks dan tempat yang paling disukai
3.      Menjelaskan tujuan dan prosedur
4.      Menayakan persetujuan dan kesiapan pasien
C.     Tahap Interaksi
1.      Mengatur posisi yang nyaman menurut pasien sesuai kondisi pasien (duduk / berbaring)
2.      Mengatur lingkungan yang tenang dan nyaman
3.      Meminta pasien memejamkan mata
4.      Meminta pasien untuk memfokuskan pikiran pasien pada kedua kakinya untuk dirilekskan, kemndorkan seluruh otot-otot kakinya, perintahkan pasien untuk merasakan relaksasi kedua kaki pasien
5.      Meminta pasien untuk memindahkan pikirannya pada kedua tangan pasien, kendorkan otot-otot kedua tangannya, meminta pasien untuk merasakan relaksasi keduaanya
6.      Memindahkan focus pikiran pasien pada bagian tubuhnya, memerintahkan pasien untuk merilekskan otot-otot tubuh pasien mulai dari otot pinggang sampai ke otot bahu, meminta pasien untuk merasakan relaksasi otot-otot tubuh pasien
7.      Meminta pasien untuk senyum agar otot-otot muka menjadi rileks
8.      Meminta pasien untuk memfokuskan pikiran pada masuknya udara lewat jalan nafas
9.      Membawa alam pikiran pasien menuju ketempat yang menyenangkan pasien
D.     Tahap Terminasi
1.      Mengevaluasi hasil relaksasi (skala nyeri, ekspresi)
2.      Menganjurkan pasien untuk mengulangi teknik relaksasi ini, bila pasien merasakan nyeri
3.      Berpamitan pada pasien
Mendokumentasikan tindakan dan respon pasien dalam catatan perawatan


BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Dalam pemberian injeksi dan obat harus dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan agar tidak terjadi kesalahan dan infeksi pada klien. Perawat harus memperhatikan personal hygiene terutama melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Memberikan injeksi merupaka prosedur invasif yang harus dilakukandengan menggunakan teknik steril. Setelah jarum menembus kulit, muncul resiko infeksi. Perawat memberi obat secara parenteral melalui rute SC, IM, IC, dan IV. Setiap tipe injeksi membutuhkan keterampilan yang tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang diberikan secara parenteral dapat berkembang dengan cepat, bergantung pada kecepatan absorbsi obat. Selain itu distraksi dan relaksasi merupakan hal terpenting dalam menghilangkan dan mengurangi nyeri dalam pelaksaan asuhan keperawatan


B.  Saran
Perawat harus memperhatikan kebersihan terutama pada kebersihan tangan dalam setiap melakukan tindakan kesehatan kepada klien. Perawat tidak boleh menyepelekan hal kecil seperti mencuci tangan karna hal kecil itu bisa menjadi besar. Dan paling utama perawat harus berhati-hati dalam setiap melakukan tindakan.






                                                      
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.
www.google.co.id (19 september 2010)
l/  (19 September 2010)andysmar.blogspot.com