BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Gangguan
volume cairan dalah suatu keadaan ketika individu beresiko mengalami penurunan,
peningkatan, atau perpindahan cepat dari satu kelainan cairan intravaskuler,
interstisial dan intraseluler. (Carpenito, 2000). Keadaan dimana
seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan
intraseluler atau interstisial. (Carpenito, 2000). Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan cairan sangat penting
bagi kehidupan makhluk hidup.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum
mengenai asuhan keperawatan gangguan volume cairan.
2. Tujuan Khusus
a. Mempelajari diagnosa keperawatan gangguan volume cairan.
b. Mempelajari perncanaan keperawatan gangguan volume cairan.
c. Mempelajari intervensi keperewatan ganggeuan volume cairan.
d. Mempelajari evaluasi keperawatan gangguan volume cairan.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A. HIPOVOLEMIA (Kekurangan Volume Cairan)
1.
Pengertian
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan
elektrolit hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh
normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama. (Brunner &
suddarth, 2002).
a. Hipovolemia
adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler
b. Hipovolemia
adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES)
c. Hipovolemia
adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler (CES)
2.
Etiologi
Hipovolemia
ini terjadi dapat disebabkan karena :
a. Penurunan masukan.
b. Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro
intestinal, ginjal abnormal, dan l lain-lain.
c. Perdarahan.
3.
Diagnosa keperawatan
Kekurangan volume cairan
adalah suatu keadaan pada individu yang mengalami dehidrasi intrasel, vaskular,
atau selular yang behubungan dengan kehilangan yang aktif ( Kim, McFarland, McLane, 1995 )
FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN:
Ø Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat
diabetes insipidus.
Ø Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan
kehilangan cairan melalui evaporasi akibat luka bakar.
Ø Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat
demam, drainase abnormal, dari luka, diare.
Ø Berhubungan
dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alcohol yang berlebihan.
Ø Berhubungan
dengan mual, muntah.
Ø Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat
depresi atau keletihan.
Ø Berhubungan
dengan masalah diet.
Ø Berhubungan
denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi tinggi.
Ø Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan
sendiri akibat nyeri mulut.
TUJUAN
Menyeimbangkan
volume cairan dan
elektrolit sesuai dengan kebutuhan
tubuh.
KRITERIA HASIL
Individu
akan :
a.Meningkatkan
masukan cairan minimal 2000 ml/hari (kecuali bila ada kontraindikasi).
b.Menceritakan
perlunya untuk meningkatkan masukan cairan selama stress atau
panas.
c.Mempertahankan
berat jenis urine dalam batas normal.
d.Memperlihatkan
tidak adanya tanda dan gejala dehidrasi.
INTERVENSI
a. Kaji yang disukai dan yang tidak disukai, beri minuman kesukaan dalam batas diet.
b.
Rencanakan tujuan masukan cairan untuk setiap
pergantian (mis; 1000 ml selama pagi, 800 ml sore, dan 200 ml malam hari).
c.Kaji pengertian individu tentang alasan-alasan untuk
mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metoda-metoda untuk mencapai
tujuan masukan cairan.
d. Untuk anak-anak, tawarkan :
(1)
Bentuk-bentuk cairan yang menarik (es krim bertangkai, jus dingin, es
berbentuk kerucut)
(2)
Wadah yang tidak biasa (cangkir berwarna, sedotan)
(3)
Sebuah permainan atau aktivitas (suruh anak minum jika tiba giliran anak)
e. Suruh individu mempertahankan laporan yang tertulis dari
masukan cairan
an
haluaran urine, jika perlu.
f. Pantau masukan; pastikan sedikitnya 1500 ml peroral setiap
24 jam.
g. Pantau haluaran; pastikan sedikitnya 1000-1500 ml setiap 24
jam.
h. Pantau berat jenis urine
i. Timbang berat badan setiap hari dengan jenis baju yang
sama, kehilangan berat badan 2%-4% menunjukan dehidrasi ringan, 5% - 9%
dehidrasi sedang.
j. Ajarkan bahwa kopi, teh, dan jus buah anggur menyebabkan
diuresis dan dapt menambah kehilangan cairan.
k. Pertimbangkan kehilangan cairan tambahan yang berhubungan
dengan muntah, diare, demam, selang drein.
l. Pantau kadar elektrolit darah, nitrogen urea darah, urine
dan serum osmolalitas, kreatinin, hematokrit, dan hemoglobin.
EVALUASI
Evaluasi pada kekurangan volume cairan yaitu mengacu pada kriteria hasil
yaitu :
a. Klien minum ± 2000 ml/hari.
b. Klien mengerti
tentang pentingnya meningkatkan masukan cairan selama stress.
c. Berat jenis
urine normal.
d. Tidak terjadi
tanda-tanda dehirasi (mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis).
B. HIPERVOLEMIA (Kelebihan Volume Cairan)
1. Pengertian
Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko
mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial.
(Carpenito, 2000). Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonok
dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam
proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES.
Hal ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang
pada akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total. (Brunner &
Suddarth. 2002).
2. Etiologi
Hipervolemia
ini dapat terjadi jika terdapat :
a. Stimulus
kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium
dan air.
c. Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
d. Perpindahan
cairan interstisial ke plasma.
3. Diagnosa Keperawatan
Kelebihan volume cairan adalah Kondisi ketika individu mengalami
atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan intraseluler atau
interstisial.
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN :
Ø Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan,
sekunder akibat gagal jantung.
Ø
Berhubungan dengan
preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunancurah jantung, sekunder akibat
infark miokard, gagal jantung, penyakit katup jantung.
Ø Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder
akibat varises vena, thrombus, imobilitas, flebitis kronis.
Ø Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan
kortikosteroid.
Ø Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.
Ø Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet
lemak, malnutrisi.
Ø Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder
akibat imobilitas, bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri
atau duduk dalam waktu yang lama.
Ø Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat
hamil.
Ø Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat,
sekunder akibat mastetomi.
TUJUAN
Mengurangi
cairan dalam tubuh yang berlebih, dan kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan tubuh klien.
KRITERIA HASIL
Individu
akan :
a. Mengungkapkan faktor -faktor penyebab dan metode-metode
pencegahan edema.
b. Memperlihatkan
penurunan edema perifer dan sakral.
INTERVENSI
a. Kaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya
retensi cairan.
b. Anjurkan individu untuk menurunkan masukan garam.
c. Ajarkan individu untuk.
d. Membaca label untuk kandungan natrium.
e. Hindari
makanan yang menyenangkan, makanan kaleng, dan makanan beku.
f. Masak tanpa garam dan gunakan bumbu-bumbu untuk menambah
rasa (lemon, kemangi, mint).
g. Gunakan cuka mengganti garam untuk rasa sop, rebusan, dan
lain-lain.
h. Kaji adanya tanda-tanda venostatis pada bagian tergantung.
i. Jaga ekstremitas yang mengalami edema setinggi diatas
jantung apabila mungkin (kecuali jika terdapat kontraindikasi oleh gagal
jantung).
j. Instruksikan individu untuk menghindari celana yang terbuat
dari kaos/korset, celana setinggi lutut, dan menyilangkan
tungkai bawah dan latihan tetap meninggikan tungkai bila mungkin.
EVALUASI
Evaluasi
pada kelebihan volume cairan yaitu mengacu pada kriteria hasil yaitu :
a. Klien tahu apa
penyebab edema dan sudah mengerti tentang pencegahan edema.
b. Tidak ada
tanda-tanda edema.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2
parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas
cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine
sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air
dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan
asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam
urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa
adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
B. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas, maka penulis
mengajukan beberapa saran untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan volume cairan
sebagai berikut :
1. Perlunya
ditingkatkan dan dipertahankan komunikasi yang efektif antara klien, keluarga
dan perawat agar terbina hubungan saling percaya dalam memberikan asuhan
keperawatan sehingga perawat dapat mendapatkan data-data yang dibutuhkan.
2. Sistem
pendokumentasian asuhan keperawatan dipertahankan dan dilengkapi dengan
respon klien agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih efektif.