GAGAL GINJAL AKUT
I. DEFINISI
·
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah
metabolik tubuh atau ginjal gagal melakukan fungsi regulernya
·
Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk dalam
cairan tubuh akibat gangguan eksresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi
endokrine, metabolik, cairan, elektrolit dan asam basa.
II. ETIOLOGI
Tiga kategori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah :
Tiga kategori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah :
·
Kondisi Pre Renal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi pra renal
adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya laju
filtrasi glumerulus. Kondisi klinis yang umum yang menyebabkan terjadinya
hipoperfusi renal adalah :
Penipisan volume§
Hemoragi§
Kehilangan cairan melalui ginjal (diuretik, osmotik)§
Kehilangan cairan melalui saluran GI (muntah, diare, selang nasogastrik)§
Gangguan efisiensi jantung§
Infark miokard§
Gagal jantung kongestif§
Disritmia§
Syok kardiogenik§
Vasodilatasi§
Sepsis§
Anafilaksis§
Medikasi antihipertensif atau medikasi lain yang menyebabkan vasodilatasi§
Kondisi Intra Renal (kerusakan aktual jariðngan ginjal)
Penyebab intra renal gagal ginjal akut adalah kerusakan glumerulus atau tubulus ginjal yang dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
Cedera akibat terbakar dan benturan§
Reaksi transfusi yang parah§
Agen nefrotoksik§
Antibiotik aminoglikosida§
Agen kontras radiopaque§
Logam berat (timah, merkuri)§
Obat NSAID§
Bahan kimia dan pelarut (arsenik, etilen glikol, karbon tetraklorida)§
Pielonefritis akut§
glumerulonefritis§
Kondisi Post Renal (obstruksi aliran urin)ð
Kondisi pasca renal yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari obstruksi di bagian distal ginjal. Obstruksi ini dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi sebagai berikut :
Batu traktus urinarius§
Tumor§
BPH§
Striktur§
Bekuan darah§
Penipisan volume§
Hemoragi§
Kehilangan cairan melalui ginjal (diuretik, osmotik)§
Kehilangan cairan melalui saluran GI (muntah, diare, selang nasogastrik)§
Gangguan efisiensi jantung§
Infark miokard§
Gagal jantung kongestif§
Disritmia§
Syok kardiogenik§
Vasodilatasi§
Sepsis§
Anafilaksis§
Medikasi antihipertensif atau medikasi lain yang menyebabkan vasodilatasi§
Kondisi Intra Renal (kerusakan aktual jariðngan ginjal)
Penyebab intra renal gagal ginjal akut adalah kerusakan glumerulus atau tubulus ginjal yang dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
Cedera akibat terbakar dan benturan§
Reaksi transfusi yang parah§
Agen nefrotoksik§
Antibiotik aminoglikosida§
Agen kontras radiopaque§
Logam berat (timah, merkuri)§
Obat NSAID§
Bahan kimia dan pelarut (arsenik, etilen glikol, karbon tetraklorida)§
Pielonefritis akut§
glumerulonefritis§
Kondisi Post Renal (obstruksi aliran urin)ð
Kondisi pasca renal yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari obstruksi di bagian distal ginjal. Obstruksi ini dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi sebagai berikut :
Batu traktus urinarius§
Tumor§
BPH§
Striktur§
Bekuan darah§
III. PATOFISIOLOGI
Terdapat empat tahapan klinik dari gagal ginjal akut sebagai berikut :
Terdapat empat tahapan klinik dari gagal ginjal akut sebagai berikut :
Periode Awalð
Merupakan awal kejadian penyakit dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
Periode Oligurið
Pada periode ini volume urin kurang dari 400 ml/24 jam, disertai dengan peningkatan konsentrasi serum dari substansi yang biasanya diekskresikan oleh ginjal (urea, kreatinin, asam urat, kalium dan magnesium). Pada tahap ini untuk pertama kalinya gejala uremik muncul, dan kondisi yang mengancam jiwa seperti hiperkalemia terjadi.
Merupakan awal kejadian penyakit dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
Periode Oligurið
Pada periode ini volume urin kurang dari 400 ml/24 jam, disertai dengan peningkatan konsentrasi serum dari substansi yang biasanya diekskresikan oleh ginjal (urea, kreatinin, asam urat, kalium dan magnesium). Pada tahap ini untuk pertama kalinya gejala uremik muncul, dan kondisi yang mengancam jiwa seperti hiperkalemia terjadi.
Periode Diuresisð
Pasien menunjukkan peningkatan jumlah urin secara bertahap, disertai tanda perbaikan glumerulus. Nilai laboratorium berhenti meningkat dan akhirnya menurun. Tanda uremik mungkin masih ada, sehingga penatalaksanaan medis dan keperawatan masih diperlukan. Pasien harus dipantau ketat akan adanya dehidrasi selama tahap ini. Jika terjadi dehidrasi, tanda uremik biasanya meningkat.
Periode Penyembuhanð
- Merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan berlangsung selama 3 – 12 bulan
- Nilai laboratorium akan kembali normal
- Namun terjadi penurunan GFR permanen 1% – 3%
Pasien menunjukkan peningkatan jumlah urin secara bertahap, disertai tanda perbaikan glumerulus. Nilai laboratorium berhenti meningkat dan akhirnya menurun. Tanda uremik mungkin masih ada, sehingga penatalaksanaan medis dan keperawatan masih diperlukan. Pasien harus dipantau ketat akan adanya dehidrasi selama tahap ini. Jika terjadi dehidrasi, tanda uremik biasanya meningkat.
Periode Penyembuhanð
- Merupakan tanda perbaikan fungsi ginjal dan berlangsung selama 3 – 12 bulan
- Nilai laboratorium akan kembali normal
- Namun terjadi penurunan GFR permanen 1% – 3%
IV. MANIFESTASI KLINIK
Perubahan haluaran urine (haluaran urin sedikit, mengandung darah dan gravitasinya rendah (1,010) sedangkan nilai normalnya adalah 1,015-1,025)ð
Peningkatan BUN, creatininð
Kelebihan volume cairanð
Hiperkalemiað
Serum calsium menurun, phospat meningkatð
Asidosis metabolikð
Anemiað
Letargið
Mual persisten, muntah dan diareð
Nafas berbau urinð
Manifestasi sistem syaraf pusat mencakup rasa lemah, sakit kepala, kedutan otot dan kejangð
Perubahan haluaran urine (haluaran urin sedikit, mengandung darah dan gravitasinya rendah (1,010) sedangkan nilai normalnya adalah 1,015-1,025)ð
Peningkatan BUN, creatininð
Kelebihan volume cairanð
Hiperkalemiað
Serum calsium menurun, phospat meningkatð
Asidosis metabolikð
Anemiað
Letargið
Mual persisten, muntah dan diareð
Nafas berbau urinð
Manifestasi sistem syaraf pusat mencakup rasa lemah, sakit kepala, kedutan otot dan kejangð
V. EVALUASI DIAGNOSTIK
Urinalisisð
Kimia darahð
IVP, USG, CTð
Urinalisisð
Kimia darahð
IVP, USG, CTð
VI. PENATALAKSANAAN
Mempertahankan keseimbangan cairanð
Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pada pengukuran berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah, dan status klinis pasien.
Masukan dan haluaran oral dan parenteral dari urin, drainase lambung, feses, drainase luka, dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantian cairan.
Mempertahankan keseimbangan cairanð
Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pada pengukuran berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah, dan status klinis pasien.
Masukan dan haluaran oral dan parenteral dari urin, drainase lambung, feses, drainase luka, dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantian cairan.
Penanganan
hiperkalemia :ð
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan hal-hal berikut :
- Glukosa, insulin, kalsium glukonat, natrium bikarbonat (sebagai tindakan darurat sementara untuk menangani heperkalemia)
- Natrium polistriren sulfonat (kayexalate) (terapi jangka pendek dan digunakan bersamaan dengan tindakan jangka panjang lain)
- Pembatasan diit kalium
- Dialisis
Menurunkan laju metabolismeð
Tirah baring§
Demam dan infeksi harus dicegah atau ditangani secepatnya§
Pertimbangan nutrisionalð
Diet protein dibatasi sampai 1 gram/kg selama fase oligurik.§
Tinggi karbohidrat§
Makanan yang mengandung kalium dan fosfat (pisang, jus jeruk, kopi) dibatasi, maksimal 2 gram/hari§
Bila perlu nutrisi parenteral§
Merawat kulitð
Masase area tonjolan tulang§
Alih baring dengan sering§
Mandi dengan air dingin§
Koreksi asidosisð
Memantau gas darah arteri§
Tindakan ventilasi yang tepat bila terjadi masalah pernafasan§
Sodium bicarbonat, sodium laktat dan sodium asetat dapat diberikan untuk mengurangi keasaman§
Dialisisð
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas biokimia, menghilangkan kecenderungan perdarahan, dan membantu penyembuhan luka.
Hal-hal berikut ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk segera dilakukan dialisis :
1. Volume overload
2. Kalium > 6 mEq/L
3. Asidosis metabolik (serum bicarbonat kurang dari 15 mEq/L)
4. BUN > 120 mg/dl
5. Perubahan mental signifikan
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan hal-hal berikut :
- Glukosa, insulin, kalsium glukonat, natrium bikarbonat (sebagai tindakan darurat sementara untuk menangani heperkalemia)
- Natrium polistriren sulfonat (kayexalate) (terapi jangka pendek dan digunakan bersamaan dengan tindakan jangka panjang lain)
- Pembatasan diit kalium
- Dialisis
Menurunkan laju metabolismeð
Tirah baring§
Demam dan infeksi harus dicegah atau ditangani secepatnya§
Pertimbangan nutrisionalð
Diet protein dibatasi sampai 1 gram/kg selama fase oligurik.§
Tinggi karbohidrat§
Makanan yang mengandung kalium dan fosfat (pisang, jus jeruk, kopi) dibatasi, maksimal 2 gram/hari§
Bila perlu nutrisi parenteral§
Merawat kulitð
Masase area tonjolan tulang§
Alih baring dengan sering§
Mandi dengan air dingin§
Koreksi asidosisð
Memantau gas darah arteri§
Tindakan ventilasi yang tepat bila terjadi masalah pernafasan§
Sodium bicarbonat, sodium laktat dan sodium asetat dapat diberikan untuk mengurangi keasaman§
Dialisisð
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas biokimia, menghilangkan kecenderungan perdarahan, dan membantu penyembuhan luka.
Hal-hal berikut ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk segera dilakukan dialisis :
1. Volume overload
2. Kalium > 6 mEq/L
3. Asidosis metabolik (serum bicarbonat kurang dari 15 mEq/L)
4. BUN > 120 mg/dl
5. Perubahan mental signifikan
GAGAL GINJAL KRONIS
I.
DEFINISI
Merupakan penyakit ginjal tahap akhirð
Progresif dan irreversible dimana kemapuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremiað
Merupakan penyakit ginjal tahap akhirð
Progresif dan irreversible dimana kemapuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremiað
II.
ETIOLOGI
Diabetus mellitusð
Glumerulonefritis kronisð
Pielonefritisð
Hipertensi tak terkontrolð
Obstruksi saluran kemihð
Penyakit ginjal polikistikð
Gangguan vaskulerð
Lesi herediterð
Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)ð
Diabetus mellitusð
Glumerulonefritis kronisð
Pielonefritisð
Hipertensi tak terkontrolð
Obstruksi saluran kemihð
Penyakit ginjal polikistikð
Gangguan vaskulerð
Lesi herediterð
Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)ð
III.
PATOFISIOLOGI
Penurunan GFRð
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun, kreatinin akn meningkat, dan nitrogen urea darh (BUN) juga akan meningkat.
Penurunan GFRð
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun, kreatinin akn meningkat, dan nitrogen urea darh (BUN) juga akan meningkat.
Gangguan klirens renalð
Banyak maslah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal)
Retensi cairan dan natriumð
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium; meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.
Anemiað
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adequate, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfatð
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit tulang.
Penyakit tulang uremik(osteodistrofi)ð
Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon.
Banyak maslah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal)
Retensi cairan dan natriumð
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium; meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.
Anemiað
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adequate, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfatð
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit tulang.
Penyakit tulang uremik(osteodistrofi)ð
Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon.
IV.
MANIFESTASI KLINIK
Kardiovaskulerð
- Hipertensi
- Pitting edema
- Edema periorbital
- Pembesaran vena leher
- Friction rub perikardial
Pulmonerð
- Krekel
- Nafas dangkal
- Kusmaul
- Sputum kental dan liat
Gastrointestinalð
- Anoreksia, mual dan muntah
- Perdarahan saluran GI
- Ulserasi dan perdarahan pada mulut
- Konstipasi / diare
- Nafas berbau amonia
Muskuloskeletalð
- Kram otot
- Kehilangan kekuatan otot
- Fraktur tulang
- Foot drop
Integumenð
- Warna kulit abu-abu mengkilat
- Kulit kering, bersisik
- Pruritus
- Ekimosis
- Kuku tipis dan rapuh
- Rambut tipis dan kasar
Reproduksið
- Amenore
- Atrofi testis
- Hipertensi
- Pitting edema
- Edema periorbital
- Pembesaran vena leher
- Friction rub perikardial
Pulmonerð
- Krekel
- Nafas dangkal
- Kusmaul
- Sputum kental dan liat
Gastrointestinalð
- Anoreksia, mual dan muntah
- Perdarahan saluran GI
- Ulserasi dan perdarahan pada mulut
- Konstipasi / diare
- Nafas berbau amonia
Muskuloskeletalð
- Kram otot
- Kehilangan kekuatan otot
- Fraktur tulang
- Foot drop
Integumenð
- Warna kulit abu-abu mengkilat
- Kulit kering, bersisik
- Pruritus
- Ekimosis
- Kuku tipis dan rapuh
- Rambut tipis dan kasar
Reproduksið
- Amenore
- Atrofi testis
V.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Riwayat keluarga
2. Penyakit yang dialami
3. Obat-obatan nefrotoksis
4. Kebiasaan diet
5. Penambahan BB atau kehilangan BB
6. Manifestasi klinik yang muncul pada sisitem organ
1. Riwayat keluarga
2. Penyakit yang dialami
3. Obat-obatan nefrotoksis
4. Kebiasaan diet
5. Penambahan BB atau kehilangan BB
6. Manifestasi klinik yang muncul pada sisitem organ
VI.
DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, retensi cairan dan natrium
Kaji status cairan§
a. timbang BB harian
b. keseimabngan masukan dan haluaran
c. turgor kulit dan adanya edema
d. distensi vena leher
e. tekanan darah, denyaut dan irama nadi
Batasi masukan cairan§
Identifikasi sumber potensial cairan§
Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional dari pembatasan§
Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan§
Tingkatkan dan dorong higiene oral dengan sering§
2. Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah
Kaji status nutrisi§
Kaji pola diet nutrisi§
Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi§
Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet§
Anjurkan cemilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium diantara waktu makan§
Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan§
Timbang berat badan harian§
Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat§
3. Intoleransi aktifitas b.d anemia, keletihan dan retansi produk sampah
Kaji faktor yang menimbulkan keletihan§
Tingkatkan kemandirian dalam aktifitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi§
Anjurkan aktifitas alternatif sambil istirahat§
Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis§
4. Gangguan harga diri b.d ketergantungan, perubahan peran, citra tubuh dan fungsi sex
Kaji respon dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganan§
Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga terdekat§
Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga§
Ciptakan diskusi yang terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit dabn penanganannya§
Gali cara alternatif lain untuk ekspresi seksual lain selain hubungan sex§
Diskusikan peran memberi dan menerima cinta, kehangatan, dan kemesraan§
5. Gangguan integritas kulit b.d penurunan minyak dan aktivitas kelenjar keringat, kelebihan cairan
6. Konstipasi b.d penurunan mobilitas, intake antasid, pembatasan cairan
7. Resiko cidera b.d perubahan absorbsi kalsium dan ekskresi fosfat, perubahan metabolisme vitamin D
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, retensi cairan dan natrium
Kaji status cairan§
a. timbang BB harian
b. keseimabngan masukan dan haluaran
c. turgor kulit dan adanya edema
d. distensi vena leher
e. tekanan darah, denyaut dan irama nadi
Batasi masukan cairan§
Identifikasi sumber potensial cairan§
Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional dari pembatasan§
Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan§
Tingkatkan dan dorong higiene oral dengan sering§
2. Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah
Kaji status nutrisi§
Kaji pola diet nutrisi§
Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi§
Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet§
Anjurkan cemilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium diantara waktu makan§
Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan§
Timbang berat badan harian§
Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat§
3. Intoleransi aktifitas b.d anemia, keletihan dan retansi produk sampah
Kaji faktor yang menimbulkan keletihan§
Tingkatkan kemandirian dalam aktifitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi§
Anjurkan aktifitas alternatif sambil istirahat§
Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis§
4. Gangguan harga diri b.d ketergantungan, perubahan peran, citra tubuh dan fungsi sex
Kaji respon dan reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit dan penanganan§
Kaji hubungan antara pasien dengan anggota keluarga terdekat§
Kaji pola koping pasien dan anggota keluarga§
Ciptakan diskusi yang terbuka tentang perubahan yang terjadi akibat penyakit dabn penanganannya§
Gali cara alternatif lain untuk ekspresi seksual lain selain hubungan sex§
Diskusikan peran memberi dan menerima cinta, kehangatan, dan kemesraan§
5. Gangguan integritas kulit b.d penurunan minyak dan aktivitas kelenjar keringat, kelebihan cairan
6. Konstipasi b.d penurunan mobilitas, intake antasid, pembatasan cairan
7. Resiko cidera b.d perubahan absorbsi kalsium dan ekskresi fosfat, perubahan metabolisme vitamin D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar