Powered By Blogger

Jumat, 18 Mei 2012

MAKALAH DIAGNOSA GANGGUAN VOLUME CAIRAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Gangguan volume cairan dalah suatu keadaan ketika individu beresiko mengalami penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat dari satu kelainan cairan intravaskuler, interstisial dan intraseluler. (Carpenito, 2000). Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. (Carpenito, 2000). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan cairan sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup.

B.     Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran umum mengenai asuhan keperawatan gangguan volume cairan.
2. Tujuan Khusus
a. Mempelajari diagnosa keperawatan gangguan volume cairan.
b. Mempelajari perncanaan keperawatan gangguan volume cairan.
c. Mempelajari intervensi keperewatan ganggeuan volume cairan.
d. Mempelajari evaluasi keperawatan gangguan volume cairan.















BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    HIPOVOLEMIA (Kekurangan Volume Cairan)
1.     Pengertian
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama. (Brunner & suddarth, 2002).
a. Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler
b. Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES)
c. Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian ekstraseluler (CES)

2.     Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
      a. Penurunan masukan.
      b. Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal abnormal, dan l      lain-lain.
       c. Perdarahan.

3.     Diagnosa keperawatan
Kekurangan volume cairan adalah suatu keadaan pada individu yang mengalami dehidrasi intrasel, vaskular, atau selular yang behubungan dengan kehilangan yang aktif   ( Kim, McFarland, McLane, 1995 )
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN:
Ø  Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes insipidus.
Ø  Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan melalui evaporasi akibat luka bakar.
Ø  Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase abnormal, dari luka, diare.
Ø   Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alcohol yang berlebihan.
Ø   Berhubungan dengan mual, muntah.
Ø  Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau keletihan.
Ø   Berhubungan dengan masalah diet.
Ø   Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi tinggi.
Ø  Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri akibat nyeri mulut.
TUJUAN
Menyeimbangkan volume cairan dan elektrolit sesuai dengan kebutuhan tubuh.
KRITERIA HASIL
Individu akan :
a.Meningkatkan masukan cairan minimal 2000 ml/hari (kecuali bila ada kontraindikasi).
b.Menceritakan perlunya untuk meningkatkan masukan cairan selama stress atau panas.
c.Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal.
d.Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala dehidrasi.
INTERVENSI
a. Kaji yang disukai dan yang tidak disukai, beri minuman kesukaan dalam batas diet.
b. Rencanakan tujuan masukan cairan untuk setiap pergantian (mis; 1000 ml selama pagi, 800 ml sore, dan 200 ml malam hari).
c.Kaji pengertian individu tentang alasan-alasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metoda-metoda untuk mencapai tujuan masukan cairan.
d. Untuk anak-anak, tawarkan :
(1) Bentuk-bentuk cairan yang menarik (es krim bertangkai, jus dingin, es berbentuk kerucut)
(2) Wadah yang tidak biasa (cangkir berwarna, sedotan)
(3) Sebuah permainan atau aktivitas (suruh anak minum jika tiba giliran anak)
e. Suruh individu mempertahankan laporan yang tertulis dari masukan cairan
an haluaran urine, jika perlu.
f. Pantau masukan; pastikan sedikitnya 1500 ml peroral setiap 24 jam.
g. Pantau haluaran; pastikan sedikitnya 1000-1500 ml setiap 24 jam.
h. Pantau berat jenis urine
i. Timbang berat badan setiap hari dengan jenis baju yang sama, kehilangan berat badan 2%-4% menunjukan dehidrasi ringan, 5% - 9% dehidrasi sedang.
j. Ajarkan bahwa kopi, teh, dan jus buah anggur menyebabkan diuresis dan dapt menambah kehilangan cairan.
k. Pertimbangkan kehilangan cairan tambahan yang berhubungan dengan muntah, diare, demam, selang drein.
l. Pantau kadar elektrolit darah, nitrogen urea darah, urine dan serum osmolalitas, kreatinin, hematokrit, dan hemoglobin.

       EVALUASI
       Evaluasi pada kekurangan volume cairan yaitu mengacu pada kriteria hasil yaitu :
         a. Klien minum ± 2000 ml/hari.
         b. Klien mengerti tentang pentingnya meningkatkan masukan cairan selama stress.
         c. Berat jenis urine normal.
         d. Tidak terjadi tanda-tanda dehirasi (mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis).

B.     HIPERVOLEMIA (Kelebihan Volume Cairan)
1.      Pengertian
Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. (Carpenito, 2000). Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonok dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan air tubuh total. (Brunner & Suddarth. 2002).

2.      Etiologi
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
a.  Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
c. Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
d.  Perpindahan cairan interstisial ke plasma.

3.      Diagnosa Keperawatan
Kelebihan volume cairan adalah Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan intraseluler atau interstisial.
      FAKTOR YANG BERHUBUNGAN :
Ø  Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder akibat gagal jantung.
Ø  Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunancurah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit katup jantung.
Ø  Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena, thrombus, imobilitas, flebitis kronis.
Ø  Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan kortikosteroid.
Ø  Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.
Ø  Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, malnutrisi.
Ø  Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat imobilitas, bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu yang lama.
Ø  Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil.
Ø  Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat mastetomi.
TUJUAN
Mengurangi cairan dalam tubuh yang berlebih, dan kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh klien.
KRITERIA HASIL
Individu akan :
a. Mengungkapkan faktor -faktor penyebab dan metode-metode pencegahan edema.
b. Memperlihatkan penurunan edema perifer dan sakral.
INTERVENSI
a. Kaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya retensi cairan.
b. Anjurkan individu untuk menurunkan masukan garam.
c. Ajarkan individu untuk.
d. Membaca label untuk kandungan natrium.
e. Hindari makanan yang menyenangkan, makanan kaleng, dan makanan beku.
f. Masak tanpa garam dan gunakan bumbu-bumbu untuk menambah rasa (lemon, kemangi, mint).
g. Gunakan cuka mengganti garam untuk rasa sop, rebusan, dan lain-lain.
h. Kaji adanya tanda-tanda venostatis pada bagian tergantung.
i. Jaga ekstremitas yang mengalami edema setinggi diatas jantung apabila mungkin (kecuali jika terdapat kontraindikasi oleh gagal jantung).
j. Instruksikan individu untuk menghindari celana yang terbuat dari kaos/korset, celana setinggi lutut, dan menyilangkan tungkai bawah dan latihan tetap meninggikan tungkai bila mungkin.
EVALUASI
Evaluasi pada kelebihan volume cairan yaitu mengacu pada kriteria hasil yaitu :
a. Klien tahu apa penyebab edema dan sudah mengerti tentang pencegahan edema.
b. Tidak ada tanda-tanda edema.




























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.

B.     Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan volume cairan sebagai berikut :
1. Perlunya ditingkatkan dan dipertahankan komunikasi yang efektif antara klien, keluarga dan perawat agar terbina hubungan saling percaya dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga perawat dapat mendapatkan data-data yang dibutuhkan.
2. Sistem pendokumentasian asuhan keperawatan dipertahankan dan dilengkapi dengan respon klien agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih efektif.



makalah HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Komunikasi sangat dibutuhkan dimanapun kita berada dan bagi siapa saja, jika kita tidak bisa berkomunikasi dengan baik akan menimbulkan masalah bagi lawan bicara kita. Untuk itu pastinya kita harus mengetahui bagaimana cara komunikasi yang baik terutama dalam proses keperawatan, karena  hambatan hambatan dalam komunikasi akan mengakibat kan baik buruk nya komunikan yang di lakukan., supaya terikat komunikasi yang baik antara pasien dengan perawat yang sedang merawatnya.
B.     Tujuan
Agar perawat tau bagaimana cara berkomunikasi dan tidak terhalang dengan hambatan-hambatan dalam berkomunikasi dengan pasien,keluarga pasien,atau rekan medis. Selain itu sebagai tugas yang dibebani dosen kepada kelompok kami untuk proses belajar mengajar.












BAB II
PEMBAHASAN


                A. HAMBATAN KOMUNIKASI MASSA SECARA UMUM
Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami (Badudu-Zain, 1994:489), Dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik maupun semantik), Gangguan ini masih termasuk ke dalam hambatan komunikasi (Effendy, 1993:45), Efektivitas komunikasi salah satunya akan sangat tergantung kepada seberapa besar hambatan komunikasi yang terjadi.
Didalam setiap kegiatan komunikasi, sudah dapat dipastikan akan menghadapai berbagai hambatan. Hambatan dalam kegiatan komunikasi yang manapun tentu akan mempengaruhi efektivitas proses komunikasi tersebut. Karena pada pada komunikasi massa jenis hambatannya relatif lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas komponen komunikasi massa. Dan perlu diketahui juga, bahwa komunikan harus bersifat heterogen.
Oleh karena itu, komunikator perlu memahami setiap hambatan komunikasi, agar ia dapat mengantisipasi hambatan tersebut.
                 
                 1. HAMBATAN PSIKOLIGIS
Hambatan psikologis yakni hambatan-hambatan yang merupakan unsur-unsur dari kegiatan psikis manusia.sedangkan yang termasuk dalam hambatan komunikasi psikologis yakni:
 Hambatan Psikologis Kepentingan (Interest)
1. Kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati pesan.
2. Sebagaimana telah diketahui bahwa komunikan dalam komunikasi massa sangat heterogen (usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dll). Hal ini memungkinkan setiap individu komunikan memiliki kepentingan yang berbeda
3. Atas dasar kepentingan yang berbeda, maka setiap individu komunikan akan melakukan seleksi terhadap pesan yang diinginkannya (manfaat/kegunaan).

 Hambatan Psikologis Prasangka (Prejudice)
1. Prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau sekelompok orang lain, dan sikap serta perilakunya terhadap mereka.
2. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan
3. Persepsi ditentukan oleh faktor personal (fungsional): kebutuhan, pengalaman masa lalu, peran dan status.
4. Persepsi ditentukan oleh faktor situasional (struktural): Jika kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat menilai fakta-fakta yang terpisah; kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan
5. Apabila suatu proses komunikasi sudah diawali oleh kecurigaan (prasangka) maka tidak akan efektif.
 Hambatan Psikologis Stereotif (Stereotype)
1. Prasangka sosial bergandengan dengan stereotif yang merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang atau golongan lain yang bercorak negatif.
2. Stereotif misalnya tercermiun pada: orang Batak itu berwatak keras, orang Sunda manja, dll.
3. Apabila dalam proses komunikasi massa ada komunikan yang memiliki stereotif tertentu pada komunikatornya, maka dapat dipastikan pesan apapun tidak akan bisa diterima oleh komunikan.

                   
                   2. HAMBATAN SOSIOKULTURAL
 Hambatan Sosiokultural Aneka Etnik
1. Untuk kasus Indonesia, terdapat ribuan pula dari Sabang sampai Merauke.
2. Satu sisi kenyataan tersebut menjadi kekayaan yang tak terhingga nilainya. Namun di sisi lain realitas tersebut menjadi salah satu faktor penghambat dalam kegiatan komunikasi massa.
 Hambatan Sosiokultural Perbedaan Norma Sosial
1. Perbedaan budaya sekaligus juga menimbulkan perbedaan norma sosial yang berlaku di masyarakat.
2. Pada konteks seperti itu, komunikator komunikasi massa harus bersikap hati-hati, terutama dalam menyusun pesan. Dalam arti apakah pesan yang akan disampaikan tidak akan melanggar norma sosial tertentu.
3. Komunikator perlu membekali dirinya dengan beragam pengetahuan mengenai norma sosial yang berlaku di masyarakat luas.
 Hambatan Sosiokultural Kurang Mampu Berbahasa Indonesia
1. Keragaman etnik menyebabkan keragaman bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari.
2. Pada gilirannya dapat menyulitkan penyebarluasan kebijakan program-program pemerintah yang dikomunikasikan melalui media massa.
 Hambatan Sosiokultural Faktor Semantik
1. Semantik adalah pengetahuan tentang pengertian atau makna kata yang sebenarnya. Hambatan semantik adalah hambatan mengani bahasa.
2. Hambatan semantik dapat diakibatkan oleh tiga hal: komunikator terlalu cepat dalam berbicara, adanya perbedaan makna kata, dan adanya pengertian yang konotatif.
 Hambatan Sosiokultural Faktor Pendidikan
1. Khalayak dalam komunikasi massa bersifat heterogen, salah satunya pada aspek pendidikan.
2. Masalah akan timbul manakala komuniian yang berpendidikan rendah tidak dapat mencerna pesan komunikasi massa secara benar karena keterbatasan daya nalar dan daya tangkapnya.
 Hambatan Sosiokultural Faktor Mekanis
1. Faktor mekanis merujuk kepada berbagai hambatan pada komunikasi massa yang disebabkan oleh terganggunya peralatan.
2. Pada TV misalnya, antena kurang dapat menangkap sinyal gelombang elektromagnetik, warna tidak jelas, layar banyak “semutnya”, dll.
3. Pada radio, misalnya suara yangtidak jelas (putus-putus, dll).
4. Pada surat kabar dan majalah, misalnya huruf tidak jelas, salah pemotongan kata, sambungan berita yang tidak akurat, dll.

           
  3. HAMBATAN INTERAKSI VERBAL
 Hambatan Interaksi Verbal Polarisasi
1. Polarization adalah kecenderungan untuk melihat dunia dalam bentuk lawan kata dan menguraikannya dalam bentuk ekstrem, seperti baik atau buruk, positif atau negatif, sehat atau sakit, pandai atau bodoh, dll.
2. . Kita mempunyai kecendeungan kuat untuk melihat titik-tritik ekstrem dan mengelompokkan manusia, objek, dan kejadian dalam bentuk lawan kata yang ekstrem. Sementara banyak juga orang-orang berada pada titik tengah-tengah dari keekstriman tersebut.
3. Seandainya komunikator maupun komunikan melihat seperti itu maka sudah dapat dipastikan di antara keduanya selalu akan terjadi sikap apriori. Padahal pada konteks tersebut dibutuhkan komunikator dan komunikan harus bersikap netral.
 Hambatan Interaksi Verbal Orientasi Intensional
1. Intensional orientation mengacu kepada kecenderungan kita untuk melihat manusia, objek dan kejadian sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka.
2. Intensional orientation terjadi bila kita bertindak seakan-akan label adalah lebih penting daripada orangnya sendiri.
3. Dalam proses komunikasi massa, orientasi intensional biasanya dilakukan oleh komunikan terhadap komunikator, bukan sebaliknya.
4. Misalnya, seorang presenter yang berbicara di layar tv, dan kebetulan wajah presenter tersebut kurang menarik, maka biasanya komunikan akan intensional menilainya sebagai tidak menarik sebelum mendengar apa yang dikatakannya.
5. Cara mengatasinya yaitu dengan cara ekstensionalisasi, yaitu dengan memberikan perhatian utama kita pada manusia, benda atau kejadian-kejadian di dunia ini sesuai dengan apa yang kita lihat.
 Hambatan Interaksi Verbal Evaluasi Statis
1. Pada suatu ketika kita melihat seorang komunikator X berbicara melalui pesawat tv. Menurut persepsi kita, cara berkomunikasi dan materinya tidak baik, sehingga kita membat abstraksi tentang komunikator tersebut tidak baik.
2. Evaluasi kita tentang komunikator tersebut bersifat statis (tidak berubah). Akibatnya, mungkin selamanya kita tidak akan mau menonton atau mendengar komunikator tersebut. Padahal sangat mungkin gaya komunikator tersebut berubah menjadi lebih baik dan menarik.
 Hambatan Interaksi Verbal Indiskriminasi
1. Indiscrimination terjadi bila komunikan memusatkan perhatian kepada kelompok orang, benda atau kejadian dan tidak mampu melihat bahwa masing-masing bersifat unik atau khas dan perlu diamati secara individual.
2. Indiscrimination merupakan bagian dari stereotif (sikap generalisasi).
3. Dalam indiskriminasi, jika komunikan dihadapkan dengan seorang komunikator, reaksi pertama komunikan itu adalah memasukan komunikator ke dalam kategori tertentu, mungkin menurut suku, agama, dll. Misalnya orang Batak cenderung berwatak keras.
4. Cara untuk menghilangkan indiskriminasi yaitu dengan cara memandang seseorang secara individual.


          B. HAMBATAN KOMUNIKASI MASSA ANTARA INDIVIDU DAN ORGANISASI
Daalam masalah hambatan komunikasi massa, juga bisa terjadi diantara individu (antarmanusia) maupun di dalam organisasi.

Hambatan komunikasi antarmanusia dapat berupa:
a) Perbedaan Persepsi dan Bahasa Persepsi merupakan interpretasi pribadi atas sesuatu hal. Definisi seseorang mengenai suatu kata mungkin berbeda dengan orang lain.
b) Pendekatan yang buruk Walaupun sudah mengetahui cara mendengar yang baik, ternyata menjadi pendengar yang baik tidaklah mudah. Dalam keadaan melamun atau lelah memikirkan masalah lain, seseorang cenderung kehilangan minat mendengarnya.
c) Gangguan Emosional Dalam keadaan kecewa, marah, sedih, atau takut, seseorang akan merasa kesulitan saat menyusun pesan atau menerima pesan dengan baik. Secara praktis, tidak mungkin menghindari komunikasi ketika sedang ada dalam keadaan emosi. Kesalahpahaman sering terjadi akibat gangguan emosional.
d) Perbedaan Budaya Berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya tidak dapat dihindari, terlebih lagi zaman globalisasi ini. Perbedaan budaya merupakan hambatan yang paling sulit diatasi.
e) Gangguan Fisik
Pengirim atau penerima mungkin terganggu oleh hambatan yang bersifat fisik seperti akustik yang jelek, tulisan yang tidak dapat dibaca, cahaya yang redup, atau masalah kesehatan. Gangguan fisik bisa mengganggu konsentrasi dalam berkomunikasi. Setiap komunikator selalu mengharapkan agar komunikasi yang dilaksanakannya dapat mencapai tujuan dengan apa yang telah diharapakannya.
Hambatan Komunikasi Dalam Organisasi
Komunikasi dalam organisasi sering terganggu karena materinya lebih rumit, jumlahnya banyak, dan kontroversial. Hambatan-hambatan komunikasi dalam organisasi, meliputi:
a) Kelebihan Beban Informasi dan Pesan Yang Bersaing Perkembangan teknologi telah menyebabkan jumlah pesan dalam suatu organisasi meningkat tanjam hingga kecepatan yang semakin tinggi. Pesan melalui surat-surat dari pos, email dan telephon dari berbagai sumber telah membanjiri organisasi dan masing-masing bersaing untuk memperoleh perhatian lebih awal. Hal itu bisa berakibat pada adanya pesan yang tidak ditanggapi, pesan yang dianggap tidak penting, atau pemberian respons yang tidak akurat.
b) Penyaringan Yang Tidak Tepat Ketika meneruskan suatu pesan kepada orang lain dalam organisasi, biasanya terjadi penyaringan yang dilakukan dengan memotong atau menyingkat pesan. Pesan dalam organisasi dikirim melalui berbagai saringan. Misalnya melewati penjaga pintu terlebih dahulu, karyawan kantor depan, sekretaris, baru kemudian sampai kepada pimpinan. Bisa jadi suatu pesan penting tidak sampai sebagian atau bahkan seluruhnya karena telah dipotong atau dibuang.
c) Iklan Komunikasi Tertutup atau Tidak Memadai Pertukaran informasi yang bebas dan terbuka merupakan salah satu ciri komunikasi yang efektif. Iklim komunikasi sangat terkait dengan gaya kepemimpinan. Gaya manajemen yang tertutup cenderung menghambat pertukaran informasi. Demikian pula saluran yang terlalu banyak bisa mengubah pesan ketika bergerak vertikal atau horisontal dalam sebuah organisasi. Permasalahan komunikasi biasanya merupakan suatu gejala bahwa ada sesuatu yang tidak sesuai. Permasalahan dalam komunikasi menunjukkan adanya masalah yang terpendam. Hambatan komunikasi ada yang berasal dari pengirim (komunikator), transmisi, maupun penerima (komunikan). Organisasi

C. HAMBATAN KOMUNIKAS MASSA PADA PEMASARAN
a.Hambatan pada sumber
Hambatan komunikasi pada sumber umumnya berupa perumusan tujuan yang kurang jelas. Hal ini sering terjadi karena kurangnya fokuspada benefit produk.kegagalan dalam tahap ini bisa berdampak pada perumusan pesan iklan yang tidak jelas kaitannya dengan kebutuhan konsumen.

b.Hambatan dalam sistem Encoding
Sumber kegagalan komunikasi pemasaran bisa juga ada pada proses encoding.
Misalnya, copy writer dan perancang iklan lebih terobsesi memebuat iklan kreatif yang orisinil dari pada focus pada penyampaian benefit produk. Iklan yang menyesatkan (deceptive advertising) juga bisa digolongkan sebagai hambatan dalam proses encoding karena sejak awal berusaha menyesatkan konsumen dari kondisi sebenarnya benefit produk.

c.Hambatan dalam Transmisi Pesan
Pemilihan media yang tidak cocok bisa membuat pemasang iklan gagal menjangkau kelompok sasaran. Untuk menjangkau audiens yang tepat , pemasang iklan mesti menyesuaikan ciri-ciri demografis konsumen sasaran dengan profil demografis pembaca majalah, pemirsa TV atau pendengar radio. Dalam tahap pengiriman pesan, hambatan yang umumnya ditemui komunikator adalah competitveclutter, kekeusutan yang terjadi karena kebanyakan iklan, jumlah iklan yang makin banyak disebabkan karena:
Pertama, banyak produk baru yang muncul membuat permintaan waktu melonjak
Kedua, persaingan ketat mendorong pertumbuhan belanja iklan lebih cepat daripada penjualan.
Ketiga, iklan TV makin pendek, yaitu dari 30 menjadi 15 detik.
Apa yang dapat dilakukan pemasar untuk mengatasi kekusutan yang ditimbulkan competitive clutter? Cara yang mudah adalah frekuensi iklan digencarkan agar kesan tertancap lebih lama. Hal ini dibenarkan kalau pesan betul-betul berkaitan dengan kebutuhan konsumen (artinya, pesan tak punya masalah hambatan sumber ataupun hambatan encoding).

d.Hambatan dalam Proses Decoding
Konsumen umunya mengabaikan pesan yang tidak menarik minat mereka. Konsumen juga akan menolak pesan apabila sumber pesan dianggap tidak kredibel. Hambatan pada decoding juga mungkin terjadi karena kurangnya perhatian pada pesan. Competitive clutter selain merupakan hambatan dalam transmisi, juga mengganggu proses decoding karena bisa membuat pemirsa makin cuek. Iklan yang ditayangkan terus juga merupakan penyebab pengabian inattantion. advertising wearout bisa terjadi; yaitu turunnya efektifitas iklan karena kebosenan pemirsa dan konsumen yang sudah merasa familiar dengan kampanye iklan tersebut.

















BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami (Badudu-Zain, 1994:489), Dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik maupun semantik), Gangguan ini masih termasuk ke dalam hambatan komunikasi (Effendy, 1993:45), Efektivitas komunikasi salah satunya akan sangat tergantung kepada seberapa besar hambatan komunikasi yang terjadi.
Didalam setiap kegiatan komunikasi, sudah dapat dipastikan akan menghadapai berbagai hambatan. Hambatan dalam kegiatan komunikasi yang manapun tentu akan mempengaruhi efektivitas proses komunikasi tersebut. Karena pada pada komunikasi massa jenis hambatannya relatif lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas komponen komunikasi massa. Dan perlu diketahui juga, bahwa komunikan harus bersifat heterogen.
Oleh karena itu, komunikator perlu memahami setiap hambatan komunikasi, agar ia dapat mengantisipasi hambatan tersebut.


B.Saran-saran

            Untuk melakukan suatu komunikasi yang verbal,hendak nya kita perlu memperhatikan bagaimana jalan komunikasi yang akan kita lalui atau hambatan hambatan yang ada.jadi seorang komunikator harus paham betul terhadap hambatan hambatan tersebut untuk menuju komunikasi yang sukses.




DAFTAR PUSTAKA




Ardianto Elvinaro, dan Komala lukiati. 2005. Komuniksi Massa., Bandung Simbiosa Rekatama Media
htmlhttp://purebonline.blogspot.comkamis, 23 juli 2009 Senin 5 April 2011